Pendekatan Role dan
Reference Grammer (RRG)
I. Pendahuluan
Paper ini menelaah
verba accomplishment dari sudut pandang teori Role and Reference Grammar (RRG). RRG pertama kali diusulkan oleh Foley
dan Van Valin (lihat Van Valin dan Voley 1980; Foley dan Van Valin 1984),
kemudian dikembangkan meluas oleh Van Valin bersama koleganya. Kemudian RRG
menjadi sebuah teori oleh Van Valin 1993b, Van Valin dan LaPolla tahun 1997,
serta Van Valin (2005). Ada beberapa hal
penting yang menjadi objek kajian teori RRG yaitu 1) RRG memandang bahasa
sebagai alat komunikasi. Dengan kata lain, bahasa dipandang sebagai suatu
sistem komunikasi manusia (communicative
competence) bukan seperangkat struktur kalimat (syntactic competence) (Foley dan Van valin 1984). 2) RRG berfokus
pada fungsi bahasa (fungsional explanation)
khusus fenomena morfosintaksis, relasi pemarkahan, pragmatik, discourse, dan
sosiolinguistik. 3) sentralitas semantik, pragmatik dan motivasi sintaksis. 4)
dimensi kognisi, dan 5) teks dan
hubungannya dengan konteks, serta 6) konsiderasi tipologikal (tipologi
leksikal).
Representasi semantik dalam teori Role and Reference Grammar
mengacu pada representasi predikat yaitu verba dekomposisi Aktionsart. Aktionsart
ialah kelas leksikal yang dianggotai oleh sesuatu verba berdasarkan jenis proses,
keadaan dan sebagainya seperti yang dimaksudkan oleh verba tersebut. Kelas Aktionsart
terbagi atas verba keadaan (state), verba
pencapaian (achievement), verba penyempurnaan
(accomplishment), verba aktivitas (activity), dan verba aktif penyempurnaan
(active-accomplishment) serta versi
kausatif (causative) bagi setiap
kelas verba. Representasi bagi dekomposisi kategori Aktionsart berbeda ‘struktur
logis’ (SL). RRG bermula dengan mengklasifikasikan predikat berdasarkan
kelas-kelas Aktionsart yaitu
kelas yang berdasarkan ciri aspek inheren perbuatan (inherent aspectual properties).
RRG telah mengambil dan mengadaptasi sistem dekomposisi leksikal (decomposition lexical) yang dikembangkan
oleh Dowty (1979) berdasarkan klasifikasi verba Vendler (1967) yaitu keadaan (states), pencapaian (achievements), aktivitas (activity) dan penyempurnaan (accomplishments). Walaupun klasifikasi
yang dibuat ini untuk verba bahasa Inggris namun kajiannya terhadap bahasa-bahasa
lain telah menunjukkan bahwa perbedaan-perbedaan tersebut berpusat pada
organisasi sistem verba secara universal. Verba penyempurnaan (accomplishment) adalah suatu verba yang
mengandung makna ‘perubahan keadaan’ atau ‘membuat seseorang menjadi tahu’.
Verba accomplishment tersebut
berstruktur logis sebagai berikut:
MENJADI PRED' (x) atau MENJADI PRED' (x,y); dan
MENJADI do' (x,[PRED(x) atau MENJADI do' (x[PRED (x,y)]).
MENJADI adalah suatu penghubung yang menunjukkan perubahan
keadaan. Berdasarkan tipe, accomplishment terjadi dengan verba,
terjadi dengan adverbial, seperti quicly,
slowly, tidak terjadi dengan actively
(Allan, 2001).
Paper ini menganalisis beberapa contoh verba accomplishment Bahasa Manggarai dari aspek Struktur Logis (SL).
Telaahannya masih bersifat kajian awal dan belum menyentuh aspek lain dalam
kajian Role and Reference Grammar (RRG). Kemudian data kajiannya diperoleh dari
hasil pengamatan sementara yang diketahui penulis mengenai bahasa Manggarai.
II. Data dan Pembahasan
2.1 Data Verba Accomplishment
Ada beberapa verba accomplishment
dalam Bahasa Manggarai yang relevan dengan teori RRG seperti yang dipaparkan
berikut ini.
a. Verba
tuing ‘menasehati’
Contoh dalam kalimat:
(1) Ine tuing mantar-n
‘Ibu nasihat anak-3T
(Ibu menasihati anaknya)
b.
Verba t«bol
‘memukuli’
Contoh dalam kalimat:
(2) Andi t«bol
acu
hitu le haju
‘Andi pukul
anjing itu dengan
kayu’
(Andi
memukuli anjing itu dengan kayu)
c. Verba
taing ‘memberikan’
Contoh dalam kalimat:
(3) Paul
laing taing
hang
mantar-n
‘Paul
sedang beri makan anak-3T’
(Paul
sedang memberikan nasi anaknya)
d. Verba
mbele ‘menyembeli’
Contoh dalam kalimat:
(4) Andi mbele ata tako hitu.
‘Andi menyembeli orang curi
itu’
(Andi menyembeli pencuri itu)
2.2 Pembahasan
2.2.1
Verba tuing ‘menasehati’
Contoh dalam kalimat:
(5) Ine
tuing mantar-n
‘Ibu nasihat anak-3T’
(Ibu menasihati anaknya)
Verba tuing ‘menasehati’ pada kalimat Ine tuing mantar-n
di atas bervalensi dua. Valensi pertama yaitu ine sebagai argumen Agent dan
valensi kedua mantar-n sebagai argument
Undergoer cognizer. Dalam hal ini,
verba tuing mempunyai kemampuan untuk
mengikat dua argumen. Struktur Logis (SL) dari verba Ine tuing mantar-n tersebut adalah sebagai berikut.
MENJADI
di’a' (tuing)
Kemudian
Struktur Logis (SL) tersebut dapat eksplikasi sebagai berikut:
x
tuing mantar-ny
Inex tuing mantar-ny →
MENJADI di’a'
(yU-cognizer)
MENJADI di’a' (Inex, mantar-ny) x =
ine,
y
= mantar-n
Verba tuing dalam kalimat di atas mengandung makna ‘membuat seseorang
menjadi hidupnya lebih baik’. Dengan kata lain, adanya perubahan keadaan secara
kognisi dari keadaan ‘buruk’ menjadi keadaan ‘baik’. Perubahan keadaan tersebut
tidak mengharuskan adanya suatu perubahan yang drastis misalnya dari ‘buruk’
menjadi ‘baik’ tetapi bisa saja bentuk perubahannya perlahan-lahan. Yang jelas
bahwa Undergoer mengalami cognizer walaupun sedikit.
2.2.2
Verba t«bol ‘memukul’
Contoh dalam kalimat:
(6) Andi t«bol acu
hitu le haju
‘Andi
pukul anjing itu
dengan kayu’
(Andi memukuli anjing itu dengan kayu)
Verba t«bol ‘memukul’ pada kalimat Andi
t«bol
acu hitu le haju mampu mengikat dua argumen yaitu Andi sebagai argumen actor dan acu sebagai
argumen pasien. Verba t«bol mempunyai derajat ketransitivannya lebih tinggi daripada verba tuing karena actor yang menyebabkan Undergoer
menjadi pasien
Struktur Logis (SL) dari kalimat di atas
adalah:
MENJADI DO' (x[PRED (x,y)])
Struktur Logis tersebut
dapat dieksplikasi sebagai berikut:
MENJADI mata' (t«bol) atau
MENJADI mata' (x[t«bol (Andix, acuy)]).
Andix
t«bol
acuy le hajuInstrument →
MENJADI
mata' (yU-pasien)
MENJADI mata' (Andix, acuy) x =
Andi
y = acu
Dari SL
tersebut tampak terlihat jelas peran semantis verba t«bol terutama actor dan Undergoer. Andi secara semantis berperan sebagai actor yang menyebabkan acu
menjadi pasien. Ketransitivan verba t«bol mewajibkan munculnya Undergoer
pasien. Haju sebagai instrument yang
digunakan oleh actor untuk memukul
anjing tersebut. Dalam Bahasa Manggarai verba t«bol dikolokasikan dengan hewan/binatang seperti acu ‘anjing’, Indus ‘kucing’,
lawo ‘tikus’, liko ‘ular hijau’.
Misalnya t«bol acu, t«bol indus, t«bol lawo, tebol liko. Verba t«bol digunakan apabila kita
menginginkan hewan/binatang yang dipukul itu mati. Dalam hal ini, penggunaan
verba t«bol mengharuskan Undergoer
pasiennya mati. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa derajat ketransitivan
verba t«bol tersebut jauh lebih tinggi daripada verba tuing.
2.2.3
Verba taing ‘memberikan’
Contoh dalam kalimat:
(7) Paul laing taing hang
mantar-n
‘Paul sedang
beri makan anak-3T’
(Paul sedang memberikan nasi anaknya)
Verba
taing terdiri atas tiga valensi yaitu Paul
sebagai argumen Agent, Undergoer
theme sebagai Objek langsung (O1) dan Undergoer benefit sebagai Objek tidak langsung (O2).
a.
Paul
laing taing hang mantar-n
S V O1 O2
b.
Paul laing
taing mantar-n hang
S V O2 O1
Verba taing termasuk verba yang berobjek
ganda. Objek ganda dalam Bahasa Manggarai terjadi apabila salah satu objek
menggunakan atau dapat disisipi Prepositional Phrase (PP) latang ‘untuk’ atau kepada. Misalnya latang mantar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kalimat a
dan b di atas. Struktur Logis (SL) dari verba taing tersebut adalah sebagai berikut.
Kalimat a: Paul laing taing hang mantar-n
taing'(x,y,z)
→[do'(xA,O) CAUSE [go'(ZU-theme'[loc-path[from'(xloc-source),[to'(yloc-goal)]loc-path])]
atau
[taing'(PaulA,O)MENYEBABKAN[pindah'(Mantar-nU-thema[Loc-path[dari'(Paulloc-source), [untuk (Mantar-nloc-goal)]loc-path])]
Kalimat
b: Paul laing taing mantar-n hang
[do'(xA, O)]
CAUSE [BECOME have'(yU-poss, Z theme)]
[taing'(PaulA,O]
MENYEBABKAN[MENJADI mempunyai'
(Mantar-nU-poss, Ztheme)]
2.2.4
Verba mbele ‘menyembeli’
Contoh dalam kalimat:
(8) Andi mbele ata
tako hitu.
‘Andi menyembeli orang curi
itu’
(Andi menyembeli pencuri itu)
Verba mbele terdiri atas dua valensi, yaitu
Andi sebagai argumen Actor dan ata tako sebagai argumen undergoer yang menderita. Verba mbele termasuk verba transitif yang
mengharuskan kehadiran objek. Verba tersebut memiliki derajat ketransitivan
yang tinggi. Penggunaan verba mbele khusus
untuk hewan berkaki empat yang mudah diikat seperti manuk ‘ayam’, kina ‘babi’,
dan bembe ‘kambing’. Dalam hal ini, objek yang disembeli harus mati. Ini
menunjukkan bahwa verba mbele
mempunyai derajat ketransitivan yang tinggi. Berikut ini dapat ditunjukkan
secara jelas dalam Struktur Logis (SL) verba mbele.
MENJADI DO' (x[PRED (x,y)])
Struktur Logis tersebut
dapat dieksplikasi sebagai berikut:
MENJADI mata' (mbele) atau
MENJADI mata' (x[mbele (Andix, ata takoy)]).
Andix
mbele ata takoy
→
MENJADI
mata' (yU-pasien)
MENJADI mata' (Andix, ata takoy
Referensi
Allan, K. 2001. Natural Language Semantics: Oxford: Blackwell.
Robert D. Van Valin, Jr. 2007. The Role
and Reference Grammar Analysis of Three-Place Predicates. University of
Buffalo. The State of University of New York. Heinrich-Heine Universität
Düsseldorf (serial online) [cited 2011 Nov 4].
Lucia M. Tovena. 2011. Accomplishments: their Telos and their Structure. Universaar–
Saarland University Press: Saarbrücken, Germany.(serial online) [cited Nov 4].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar