Sabtu, 28 Januari 2012

REDUPLIKASI MORFEMIS BAHASA MANGGARAI



 
( Vinsensius Gande, S.Pd, Mahasiswa Pascasarjana Universitas Udayana)


ABSTRACT
This article describes the types of reduplication morphemis and the word formation process in Manggarai Language with use ecletics theory as follows:  morphology structural and morphology generative by Chomsky, (1970) and Aronoff, (1976). The focuses of analysis as follows : the types of reduplication, and the word formation process. It is aquard (this analysis is shown) that reduplication  morphemis in  Manggarai language can classified in several  types. The first type is total reduplication. The second type is partial reduplication. The third type is partial reduplication by combination of fonem. The fourth type is partial reduplication by combination of clitics, The fifth type is reduplication by combination and deleted of phonem. But the word formation process, reduplication in Manggarai language can do it by paraffixation, proyection of the base segments. Then, its associate  all or a  phonem consonan and vocal of the right to left and of the left to right.
Key Words : Reduplication morphemis, type of reduplication, reduplication formation process.

PENDAHULUAN
Di Nusa Tenggara Timur terdapat kurang lebih 37 bahasa daerah  termasuk bahasa Manggarai, Fox, (1977). Untuk Bahasa Manggarai, terdiri atas empat dialek, yaitu dialek Manggarai Timur, dialek Manggarai Tengah, dialek Manggarai Barat dan dialek Manggarai Utara, dengan masing-masing subdialeknya. Pemetaan dialek ini masih berdasarkan wilayah administrasi pemerintahan. Sejauh ini, belum ada kajian yang mendalam tentang dialek Bahasa Manggarai. Walaupun demikian,  perlu disampaikan dalam tulisan ini bahwa Bahasa Manggarai memiliki dialek.
Penelitian ini berfokus pada aspek morfologi. Unsur morfologis yang diangkat adalah reduplikasi. Penelitian tentang reduplikasi bahasa Manggarai sudah pernah diteliti oleh peneliti terdahulu, namun dalam penelitian tersebut masih menggunakan teori struktural, yakni hanya mengkaji unsur surface saja. Padahal, masalah reduplikasi dalam bahasa Manggarai begitu menarik dan produktif proses morfologisnya jika dibedah dengan menggunakan teori morfologi generatif. Ada beberapa data yang membuat peneliti merasa tertarik untuk menelaah reduplikasi bahasa Manggarai di antaranya :  lelo ‘melihat’ lelo-lelo (melihat-lihat); lali-lelo (sekadar melihat-lihat); lelo-lalo (melihat-lihat secara tidak terarah pada tujuan tertentu). Adapula data yang sangat sulit untuk dimasukan dalam kategori bentuk reduplikasi  yakni  wutir ‘bergerak’→ wel-wutir ‘bergerak secara berulang-ulang’; ngotes ‘tidur tidak tenang’→ ngel-ngotes ‘ tidur yang selalu membalikan badannya secara berulang-ulang’ dan mbikas ‘air yang keluar tidak terarah’→mber-mbikas ‘air yang keluar berkelimpahan yang agak sulit diatasi’. Bentuk-reduplikasi seperti yang disebutkan di atas menurut penulis suatu gejala bahasa yang perlu ditelaah secara mendalam agar menjadi bahasa yang berterima dan terkaidah.

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DASAR DAN LANDASAN TEORI

Kajian Pustaka

Penelitian terhadap bahasa Manggarai, sudah pernah dilakukan di antaranya Deor, (1994) dalam skripsinya menyinggung masalah bentuk verbal dialek Manggarai Tengah. Kemudian Troeboes (1985) dengan judul Struktur Bahasa Manggarai, hanya sedikit menyinggung masalah reduplikasi dan kajiannya masih bersifat umum. Sampai sejauh ini begitu banyak peneliti melakukan penelitian bahasa Manggarai, namun penelitian tersebut, tidak menyinggung masalah tipe-tipe reduplikasi dan proses pembentukan reduplikasi Bahasa Manggarai.


Konsep Dasar

Setiap bahasa memiliki sistem tersendiri baik tipe-tipe, fungsi dan makna reduplikasi termasuk bahasa Manggarai. Menurut Samsuri, (1991:191), reduplikasi merupakan proses morfologis yang banyak sekali terdapat pada bahasa-bahasa  di dunia. Secara lebih sempit Verhaar (1978) dalam Hente (1994:3) mengatakan bahwa di Asia Tenggara reduplikasi tergolong masih sangat umum termasuk bahasa Indonesia dan bahasa-bahasa daerah di Indonesia. 

Pengertian Reduplikasi

Reduplikasi didefinisikan sebagai proses morfemis yang mengubah bentuk kata yang dikenainya, (Simatupang, 1983:16; Verhaar, 1996:152). Kemudian secara khusus Borselow dan McCarty dalam Katamba, (1993:184) menegaskan bahwa reduplikasi merupakan proses afiks suatu morfem pada bentuk dasar. Dalam telaah ini, reduplikasi dimaknai sebagai satuan gramatik yang memiliki satuan yang diulang, dan satuan yang diulang itu disebut bentuk dasar (base). Dengan kata lain, setiap kata ulang memiliki satuan yang diulang, satuan yang diulang itu adalah bentuk dasar (base). Namun sebagian reduplikasi tidak dapat dengan mudah ditentukan bentuk dasarnya.


Tipe-Tipe Reduplikasi

Ada tiga tipe reduplikasi, yaitu (1) reduplikasi fonologis, yaitu pengulangan yang tidak terjadi perubahan makna (2)  reduplikasi sintaksis, yaitu proses pengulangan yang terjadi pada bentuk dasar yang menghasilkan satuan  yang berstatus klausa, sedangkan (3) reduplikasi morfemis, yaitu perubahan yang terjadi  perubahan makna gramatikal atas bentuk dasar yang diulang sehingga terjadilah satuan yang berstatus kata (Kridalaksana, 1992:88).
Macam-macam reduplikasi, yaitu reduplikasi seluruh bentuk dasar. Reduplikasi seluruh, yaitu reduplikasi bentuk dasar tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan afiks. Data bahasa Maori, (Krupa, 1966) misalnya, reo menjadi reo-reo yang artinya percakapan. (2) reduplikasi parsial, yaitu reduplikasi sebagian bentuk dasar (bentuk dasar tidak diulang seluruhnya). Misalnya, kata pango menjadi papango yang artinya gelap. (3) reduplikasi berkombinasi afiks, yaitu reduplikasi terjadi bersama-sama dengan proses pembubuhan afiks. Misalnya Agta dalam Marantz, (1982) yaitu kata takki menjadi taktakki, (4) reduplikasi dengan perubahan fonem, misalnya dalam kata bahasa Indonesia lauk-pauk, (Ramlan, 1987:69—75; Verhaar, 1996:4; Katamba, 1993:150; Simatupang,1983:52).

Proses Pembentukan Reduplikasi

Proses pembentukan reduplikasi morfemis dapat melalui proses yang berbeda-beda, yaitu (1) reduplikasi progresif, yaitu proses reduplikasi yang berlangsung  ke arah sebelah kanan (left to right) atau sesuai dengan arus ujaran, (2) reduplikasi regresif, yaitu proses pembentukannya ke arah sebelah kiri (right to left). (Parera, 1994:52; Kridalaksana, 1996:99—101; Katamba, 1993:186).
Prinsip-prinsip pemetaan (mappings principles in reduplication), yaitu 1) afiksasi (prefiks, infiks, sufiks, simulfiks, parafiks), 2) terjadi asosiasi pada fonem kopi pada kerangka konsonan—vokal satu-satu dengan vokal dan konsonan bentuk dasar, 3) terjadi asosiasi pada fonem bentuk dasar, 4) perubahan konsonan-vokal tidak terjadi pada akhir.
Dalam konteks proses pembentukannya, reduplikasi mengandung beberapa hal pokok, yaitu 1) reduplikasi bisa terjadi pada bagian kiri dari bentuk dasar sebagai prefiks,  2) reduplikasi bisa terjadi pada bagian kanan dari bentuk dasar sebagai sufiks, 3) reduplikasi bisa terjadi pada bagian tengah dari bentuk dasar sebagai infiks, dan 4) reduplikasi bisa terjadi pada seluruh bentuk dasar, seluruh morfem, sebuah silabel, sebagian silabel, dan semua silbel atau perubahan konsonan dan vokal. Borselow dan McCarthy dalam Spencer, (1993:150).

Makna Gramatikal Reduplikasi Morfemis
Dalam proses morfemis, makna dapat dibagi menjadi  makna leksikal, dan makna gramatikal. Makna leksikal, adalah makna yang kurang lebih tetap terkandung dalam kata, sedangkan makna gramatikal adalah makna yang disebabkan oleh adanya perubahan bentuk, perubahan golongan dan perubahan makna sebagai akibat melekatnya afiks pada bentuk dasar. Oleh proses morfemis kata yang dikenainya dapat mengalami perubahan makna, dan bukan membentuk makna baru. (Ramlan, 1987:22; Simatupang, 1983:79).

Landasan Teori
Teori linguistik deskriptif dapat diklasifikasikan ke dalam dua bagian, yakni linguistik makro dan linguistik mikro.  Linguitik makro mengkaji linguistik dalam kaitannya dengan masyarakat di antaranya sosioliguistik, semiotik dan pragmatik dan lain-lain sebagainya. Sedangkan linguistik mikro mencakupi fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Namun ruang lingkup penelitian ini adalah linguistik mikro khususnya bidang morfologi. 
Penelitian ini mengkaji reduplikasi morfemis bahasa Manggarai dengan menerapkan teori morfologi Generatif. Untuk mengkaji data reduplikasi morfemis bahasa Manggarai, sangat cocok menggunakan teori morfologi Generatif, khususnya dalam menentukan apakah kata tersebut termasuk jenis reduplikasi atau bukan.
Teori ini  digunakan untuk menganalisis proses pembentukan kata yang sangat sulit ditentukan bentuk dasarnya, maka data tersebut dianalisis dengan menggunakan teori morfologi generatif yang semula dikemukakan oleh Chomsky, (1970) dalam Parera, (1994:86). Chomsky, (1970) menjelaskan bahwa proses analisis morfologi perlu dibedakan antara kompetensi (kompotence), struktur dalam (underlying structure), sintaksis (syntax), performansi (performance), struktur luar (surface structure), transformasi (transformation) dan fonologi (phonology). Menurut Chomsky (1970) bahwa struktur bahasa yang didengar atau ditulis merupakan struktur luar (surface structure). Struktur luar merupakan hasil transformasi dari struktur dalam (underlying structure). Demikian pula dengan proses pembentukan kata (word formation process) untuk proses morfemis tertentu. Teori morfologi generatif  menghasilkan suatu deskripsi bahasa  yang  produktif (productive) dan kreatif (kreative). Maka dalam proses analisis morfologi generatif akan menghasilkan perangkat kaidah pembentukan kata (a set of word formation rules) yang produktif dan kreatif. Dengan demikian, perangkat kaidah itu dapat menghasilkan sejumlah besar kata bentukan yang berterima dan berkaidah. Teori morfologi generatif memiliki perangkat kaidah dalam membentuk kata-kata baru atau kalimat-kalimat baru dengan kaidah transformasi. Menurut Beratha, (2010), ada dua pendekatan yang dikembangkan oleh pakar morfologi generatif, yakni : 1) pendekatan morfem (morpheme based approach) oleh Halle (1972:1973), dan  2) pendekatan kata (word based approach) oleh Aronoff (1976). Aronoff, (1976) dalam menerapkan word based hypothesis dalam pembentukan kata. Syarat-syaratnya adalah sebagai berikut. 1) Dasar pembentukan kata adalah kata (bukan lebih kecil dari kata), 2) Kata adalah kata yang benar-benar ada (tidak termasuk kata-kata yang potensial),  3) kaidah pembentukan kata berlaku untuk kata tunggal  bukan frasa, 4) Kata dasar harus termasuk dalam kategori sintaksis utama, yaitu nomina, verba, ajektiva, dan lain-lain, 5) out put dari kaidah pembentukan kata harus merupakan kategori sintaksis yang utama. Aronoff (1970) menerapkan konsep kaidah penyesuaian (adjustment rules). Keberadaan kaidah ini disebabkan oleh kata-kata yang tidak semuanya mengalami proses yang mulus pada kaidah pembentukan kata menuju kamus, sehingga sering muncul truncation & allomorphy  rules yang menjelaskan bagaimana penyesuaian itu berinteraksi dalam kaidah pembentukan kata. Dalam kajian ini penulis menggunakan teori morfologi generatif dengan menggunakan pendekatan Aronof.

PEMBAHASAN

Secara morfologis bahasa Manggarai tidak mengenal reduplikasi afiks karena Bahasa Manggarai tidak mengenal afiks. Bahasa Manggarai mengenal 7 (tujuh) tipe reduplikasi, yakni 1) reduplikasi penuh (total reduplication), 2) reduplikasi parsial dengan perubahan fonem, 3) reduplikasi parsial berkombinasi klitik,  4) reduplikasi dengan perubahan fonem, 5) reduplikasi dengan perubahan dan pelesapan fonem, 6) reduplikasi terjadi vokal asimilasi konsonan,  dan reduplikasi vokal asimilasi vokal. Untuk lebih jelasnya, akan tampak dalam deskripsi berikut ini.


Tipe-tipe Reduplikasi Morfemis Bahasa Manggarai

1.     Reduplikasi Penuh (total reduplication)

Tipe R-1 : [(D+Dup)→R]

Tipe R-1 adalah reduplikasi bentuk dasar secara utuh tanpa terjadi perubahan dan pelepasan fonem atau bentuk dasar dikopi secara utuh)
Contoh 1 :
watu→watu-watu
‘batu’  ‘batu-batu’
“banyak batu”

ce-beo→ce-beo-ce-beo
‘PROK-kampung PROK-kampung-PROK-kampung’
“banyak kampong”

Proses pembentukan reduplikasi total
Proses 1, analisis transfer kuantitatif (quantitative transfere analysis)
D         Dup

                                              δ   δ
                      
                         x  x  x  x
                   
                        w a   t   u   watu
Proses 2, parafiks
                                              Dup

D

                                              δ   δ
                      
                         x  x  x  x
                   
                        w  a  t   u

Proses 3, proyeksi/kopi segmen dari parafiks

Proses pembentukan reduplikasi total  tipe R-1 watu seperti pada proses 1, adalah menansfer segmen-segmen bentuk dasar misalnya:  watu → watu-watu. Proses ini disebut proses transfer kuantitatif. Sedangkan proses 2, yaitu mengopi atau memroyeksi segmen yang ada pada bentuk dasar, kemudian dalam menganalisis proses tranfer kuantitatif digunakan proses parafiks (paraffixation).  Proses 3, yaitu segmen-segmen bentuk dasar diproyeksi menjadi sebuah reduplikasi yang utuh.
Tipe R-1 cedako merupakan reduplikasi bentuk dasar yang dikopi seluruh. Bentuk ini sama melalui tiga proses juga sama dengan proses bentukan kata watu di atas. Namun tipe ini bentuk dasar berkombinasi dengan pemarkah proklitik ce- ‘satu’. Bentuk ce- merupakan variasi bentuk ca-‘satu’. Bentuk ce- merupakan bentuk terikat, atau tidak dapat berdiri sendiri dalam tuturan misalnya merespons pertanyaan, berapa ?  yang membutuhkan jawaban singkat misalnya, ce-, kecuali ca-‘satu’. kemudian bentuk ce- secara fonologis tidak bertekanan dibanding bentuk ca-.

2.     Reduplikasi Parsial terjadi perubahan fonem

Tipe R-2 : [(D+DupPrf) →R]

Tipe R-2 merupakan reduplikasi sebagian bentuk dasar (dikopi sebagian bentuk dasar). Silabel yang dikopi terdiri dari silabel pertama, dan silabel kedua bentuk dasar.
Contoh 2:
a.       Silabel pertama
papok     pi-papok “sombong sekali”
‘sombong’  ‘ Dup-sombong’

bangas →  bi-bangas “bodok sekali”
‘bodoh’     ‘Dup-bodoh’
mbalar →  mbi-mbalar “melihat-lihat tanpa arah”
 ‘lihat’       ‘Dup-lihat’

b.      Silabel pertama dan silabel kedua
holes      hole-hales  “bergerak terus”
‘balik’        ‘ Dup-balik’

erok       ero-arok “bergerak terus ekornya”
‘bergerak ekornya’ Dup-ekor bergerak’

Proses Pembentukan reduplikasi parsial dengan perubahan fonem contoh 2a di atas melalui proses parafiks dan proyeksi sedangkan  contoh 2b melalui proses kopi dan asosiasi. Proses tersebut di antaranya sebagai berikut.
 Parafiks dan proyeksi  papok

                                          [x x]δ                    [ p i]
                      
                          x x x x x               x x x x x            

                          p a p o k               p a p o k

Proses papokpipapok merupakan reduplikasi parsial diikuti dengan perubahan fonem. Bentuk pipapok merupakan bentuk alternasi dari papi-papok. Proses pembentukannya berawal dari kopi fonem depan bawah /a/ pada silabel pertama dan vokal tengah belakang /o/ pada silabel kedua bentuk dasar sehingga bentuk reduplikasinya papi-papok. Kemudian proses berikutnya vokal depan bawah /a/ silabel pertama berubah menjadi vokal depan tinggi /i/ setelah dikopi bentuk dasarnya. Bentuk reduplikasinya adalah  pi-papok. Maka kaidah perubahannya sebagai berikut :  /a/ ® [i] / K— . Berikut ini merupakan bentuk alternasi dari papok.
                papok →papi-papok
                               pipapok

      Parafiks dan proyeksi bangas
                      
                                           [x x]δ                    [b i]
                      
                          x x x x x x            x x x x x x            
                                                         
                          b a n g a s             b a n g a  s

Proses bangasbibangas merupakan bentuk alternasi dari bangi-bangas, dan bingi-bangas.  Proses pembentukannya berawal dari kopi fonem silabel pertama /a/ dan silabel kedua /a/ bentuk dasar. Fonem vokal /a/ pada silabel pertama tetap menjadi fonem vokal /a/ pada fonem kopinya, dan  vokal /a/ pada silabel kedua berubah menjadi vokal /i/  pada fonem kopi. Kemudian bentuk bangas juga memiliki bentuk alternasi perubahan bunyi yakni  dari vokal depan bawah /a/  menjadi vokal depan tinggi /i/ pada fonem kopinya. Kaidah perubahannya sebagai berikut : /a/®[i] / K— . Perhatikan data berikut ini.
                 bangas → bangi-bangas
                                   bingi-bangas  
                                   bibangas  
Parafiks dan proyeksi mbalar
                                         [x x]δ                    [mb i]
                      
                         x x x x x                x x x x x             
                                                         
                      m b a l a r               m b a l a r

Proses mbalarmbibalar merupakan bentuk alternasi dari mbali-mbalar, dan mbili-mbalar.  Proses pembentukannya berawal dari kopi fonem silabel pertama /a/ dan silabel kedua /a/ bentuk dasar. Fonem vokal /a/ pada silabel pertama tetap menjadi fonem vokal /a/ pada fonem kopinya, dan  vokal /a/ pada silabel kedua berubah menjadi vokal /i/  pada fonem kopi. Kemudian bentuk mbalar juga memiliki bentuk alternasi perubahan bunyi yakni  dari vokal depan bawah /a/  menjadi vokal depan tinggi /i/ pada fonem kopinya. Kaidah perubahannya sebagai berikut : /a/®[i] / K— .
                       mbalar  → mbali-mbalar
                                         mbili-mbalar
                                         mbimbalar

Kopi dan asosiasi holes

                    holes          hole                   s       hole                   s
                                I                                  K
                    kvkvk →  kvkv+k+v+k+v+k→ kvkv+k+v+k+v+k     



















 

                                                                                  h  o  l  e  s           
                         hole                    s
                 A    
                    kvkv+k+v+k+v+k →hole-hales
         K1→Ka           
                                  h   a  l  e  s


Proses pembentukannya berawal dari reduplikasi internal. Kemudian, bentuk holes dikopi secara utuh menjadi holes-holes. Namun bentuk holes-holes sudah tidak lagi berterima karena masyarakat menggunakan bentuk hole-hales atau hali-holes. Ketika holes diulang maka sebagian fonem mengalami asosiasi yaitu fonem vokal  belakang /o/ pada silabel pertama bentuk dasar berasosiasi dengan vokal depan /a/ pada silabel pertama bentuk kopinya. Asosiasi fonem tersebut bergerak ke arah sebelah kanan (left to right). Sedangkan fonem konsonan akhir /s/ yang tidak diasosiasikan tidak dapat dilesapkan (deleted). Selain bentuk holes, ada juga bentuk reduplikasi parsial lain yang menarik adalah:
                       
erok       ari-erok ;
                                          ero-arok
                        mbirut → mbari-mbirut
     mbiru-mbarut

3.      Reduplikasi Parsial berkombinasi klitik

a)      Tipe R-3 : [(D+Dup+-s,-r,-m,-n,-k,-d ) →R]

Tipe R-3 reduplikasi yang bentuk dasar berkombinasi dengan enklitik pronomina persona, -s,-r,-m,-n,-k,-d. Reduplikasi morfemis berenklitik dalam Bahasa Manggarai  tidak menghasilkan perubahan bentuk kata meskipun enklitik dianggap sebagai morfem terikat. Redupikasi enklitik dalam Bahasa Manggarai sebagai hasil kontraksinya, adalah (1) –s, untuk orang ketiga jamak (3J), (2) –r untuk orang ketiga jamak (3J) dan orang pertama jamak (1J), (3) –n untuk diri ketiga tunggal, (4) –m untuk orang kedua tunggal (1T), dan orang kedua jamak (1J), dan (5) –k untuk orang pertama tunggal (1T) serta (6) –d untuk orang ketiga jamak (3J).
Contoh 3,
      lako-s → lako-lako-s
     ‘jalan-3J  ‘jalan-jalan-3J’
      lelo-r ® lelo-lelo-r
      ‘lihat-1J’ ‘lihat-lihat-1J’
      dia-m → dia-dia-m
      baik-3T → baik-baik-3T
     
lako-k ® lako-lako-k
‘jalan-1J  ‘jalan-jalan-1J’
mese-n ® mese-mese-n
‘besar-3T’ ‘besar-besar-3T
lewe-d ® lewe-lewe-d
‘panjang-3J’ ‘panjang-panjang-3J’
Proses pembentukan reduplikasi enklitik
Proses kopi dan asosiasi lako-s
Dup V [-[V/D
         D               Dup
           
       δ   δ               δ    δ

   l   a  k  o ø  s
              
                      V                        V    
                 

                                  V
                               
                                  D

                      D                 Dup                       

                   δ   δ              δ   δ       δ  

               l   a k  o         l  a k   o ø          

                     V                 V
                                
                               V

Proses kopi dan asosiasi dia-m

Dup Adj-[-[Adj/D
         D               Dup
           
       δ   δ               δ    δ

  d  i  ø  a  ø  m
          

                     adj                      adj    
                 

                                 adj
                                
                                  D

                     D                 Dup                       

                   δ   δ              δ   δ       δ  

             d  i  ø   a      d   i ø   a ø  m      


                    V                  V
                            
                               V

Proses reduplikasi verba lako-s dan adjetiva dia-m merupakan proses pembentukan reduplikasi parsial berkombinasi enklitik. Sebagian bentuk dasar dikopi dan diasosiasikan secara progresif. Sedangkan bentuk eklitik, -s,-r,-m,-n,-k,-d tidak dapat diinkorporasikan ke dalam konstituen ulang. Penulis hanya menjelaskan dua contoh data saja, tetapi pada prinsipnya contoh-contoh yang lain sama.
     


b)      Tipe R-4 : [ce+(D+Dup)→R]

Tipe R-4 merupakan reduplikasi parsial berkombinasi dengan pemarkah proklitik ce-. Proklitik ce- pada bentuk dasar dikopi tanpa perubahan fonem.
Contoh 4 :
 ce-uma  → ce-ceuma
‘PROK-kebun   ‘Dup-PROK kebun’

Proses pembentukan reduplikasi tersebut adalah sebagai berikut.
Proses 1,         parafiks              proyeksi
                                         [x x]δ                      [c e]
                      
                         x x x x x                x x x x x            

                         c e u m a               c e u m a

Contoh reduplikasi yang menarik lainnya yang sejenis dengan bentuk di atas, adalah
cebeo     cebeo-cebeo
                   ce-cebeo
cedako →  cedako-cedako
                   ce-cedako
ceruang →ceruang-ceruang
                   ce-ceruang


4.     Reduplikasi terjadi perubahan fonem
Proses pembentukan reduplikasi dengan perubahan fonem bahasa Manggarai adalah sebagai berikut.
Contoh 5 :
lelo → lelo-lalo      atau   
‘lihat’ ‘lihat-Dup’
lelo  → lali-lelo
lelo → lelo-lalo
‘lihat’  ‘lihat-Dupl’
kote → kote-kate  atau
‘putar’ ‘putar-Dup’
kote  → kati-kote
‘putar’  ‘Dup-putar’

Proses 1,

l e lo    P   lelo-  A  lelo  T  lelo  L  l elo-l a l o 
                                      
           kvkv         kvkv      kvkv     kvkv    kvkv kvkv





























 

                      kvkv      kvkv     kvkv


 

                                       a         l el o


Proses 2,

kote    P   kote- A  kote  T kote  L  kote-kate 
                                        
           kvkv         kvkv      kvkv     kvkv   kvkv kvkv





























 

                      kvkv      kvkv     kvkv


 

                                       a          kate

Proses 1. Reduplikasi tipe seperti proses 1, setelah bentuk dasar mengalami parafiksasi fonem konsonan awal silabel bentuk dasar dikopi lalu terjadi asosiasi satu-satu fonem, yaitu /o/ →/a/ pada silabel pertama pada duplikat.  Proses 2.  Reduplikasi tipe seperti proses 2, setelah bentuk dasar mengalami parafiksasi segmen-segmen  bentuk dasar dikopi, diasosiasi ke arah sebelah kanan. Setelah diasosiasi fonem vokal berubah menjadi /o/ →/a/  pada silabel pertama pada duplikatnya. Kemudian ditransfer hingga menjadi suatu linearisasi.

5.      Reduplikasi terjadi perubahan dan pelesapan fonem

Proses pembentukan reduplikasi terjadi perubahan fonem dapat dilakukan dengan proses asosiasi dan transfer.
Data :
ribok → rabi-ribok
‘buncit’  ‘Dup-buncit’
mbepep→mbapi-mbepep
‘kepak sayap’ ‘Dup-kepak sayap’


Proses asosiasi dan transfer

r ibok   P ribok- A ribok  T ribok  L rabi- ribok
                                          
           kvkvk      kvkvk     kvkvk    kvkvk    kvkv kvkvk





























 

                      kvkv       kvkvk  kvkv






 

                                      a   i      r abi
Proses reduplikasi di atas, setelah mengalami parafiksasi, fonem konsonan awal silabel bentuk dasar dikopi kemudian terjadi asosiasi satu-satu fonem kopi yakni vokal         /a/ →/i/ pada silabel kedua setelah itu ditransfer menjadi suatu linearisasi.

Tabel  Tipe Reduplikasi Morfemis Bahasa Manggarai

Reduplikasi BM

Tipe-tipe
Contoh 
(dalam kata BM)
Reduplikasi total
Tipe, R—1 : [(D+Dup)→R]
lako-lako (V)
watu-watu (N)
Reduplikasi parsial dengan perubahan fonem
Tipe, R—2 : [(D+DupPrf)→R]
pi-papok (Adj)
bi-bangas (Adj)
mbi-mbalar (adj)
Reduplikasi parsial berkombinasi klitik
Tipe, R—3 : [(D+Dup)+-s,-r,-m,-n→R]
Lako-lako-s (V)
Dia-dia-m (Adj)

Tipe, R—4 : [ce-(D+Dup)→R]
ce-ce-dako (Num)
ce-ce-beo (Num)
Reduplikasi terjadi perubahan fonem
Tipe, R—5 : [(D+DupPrf)→R]
lelo-lalo (V)
kote-kate (Adj)
Reduplikasi  terjadi perubahan dan pelesapan fonem
Tipe, R—6 : [(D+DupPrf,Plf)→R]
mbapi-mbepep (Adj)
rabi-ribok (Adj)

SIMPULAN

Hasil telaah reduplikasi bahasa Manggarai di atas dapat disimpulkan bahwa reduplikasi morfemis bahasa Manggarai terdiri atas beberapa tipe, di antaranya, 1) reduplikasi total, 2) reduplikasi parsial, 3) reduplikasi parsial terjadi perubahan fonem, 4) reduplikasi parsial berkombinasi klitik, dan 5) reduplikasi dengan perubahan sekaligus pelesapan fonem. Sedangkan dalam proses pembentukannya, reduplikasi bahasa Manggarai dapat terjadi dengan cara parafiksasi, memroyeksi segmen-segmen bentuk dasar. Kemudian diasosiasikan satu-satu terhadap fonem konsonan, dan vokal ke arah kiri (right to left), dan kea rah kanan (left to right).  






BIBLIOGRAFI


Aronoff, Mark.1976. Word Formation In Generative Grammer. Combridge : MTT Press.
Bawa, I Wayan. 1984. Sistem Perulangan Bahasa Bali. Jakarta: Pembinaan dan Pengembangan  Bahasa. Departemen Pendidikan dan kebudayaan.
Chomsky, N. 1970. Remarks On Nominalization in Jacobs and Rosembaum, P.
David, Stuart.1988. Theoritical Morphology: On The Nature of Internal Reduplication. Approaches In Modern Linguistik. San Diego.
De Sausure, Ferdinand. 1988. Pengantar Linguistik Umum. Yogyakarta: Gajah Mada Universitas Press.
Hente, Asri M. dkk. 1994. Sistem Perulangan Bahasa Bahasa Pamona.Jakarta:Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Katamba, Francis. 1993. Morphology Teory. Modern Linguistik Series. London: Macmilan Press Ltd.
Kridalaksana, Harimurti. 1996. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Edisi Kedua. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Lieber, Rochelle. 1992. Deconstructing Morphology: Word Formation In Syntatic Theory. London: The University of Chigago Press. Ltd.
Moleong, Lexi J. 1994. Metode penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Moleong, Lexi J. 2010. Metode penelitian Kualitatif. Edisi Revisi Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nida, A. Eugene.1974. Morphology: The Descriptive Analysis of Words. New York: The University of Michigan Press.
Parera, Daniel Jos. 1994.  Morfologi Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Pateda, Mansoer. 1988. Linguistik : Sebuah Pengantar. Bandung: Angkasa.
Ramlan, M. 1987. Morfologi: Sebuah Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: Universitas Gaja Mada.
Robin, r.h. 1992. Linguistik Umum : Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Kanisius.
Roeper, T. Siegel. M.E.A. 1978. A Lexical Transformation For Verbal Compunds. Linguistic Iquiry.
Samsuri. 1991. Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga.
Scalise, Sergio. 1984. Generative Morphology. Foris Publication Dodrect-Holland/Cinnaminson.
Spencer, Andrew. 1993. Morphology Theory: An Introduction To Word Structure In Generative Grammer. Blackwell.
Simatupang, m.d.s. 1983. Reduplikasi Bahasa Indonesia. Jakarta: Djambatan.
Verhaar, J.W.M.1995. Pengantar Linguistik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Verhaar, J.W.M.1996. Asas-Asas Linguistik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Bentuk dasar
1.      Bunyi  vocal  /e/ pada suku kata pertama :
lelo            ‘lihat’              lali-lelo            lelo-lalo           ‘melihat-lihat’
kelo ‘liku’              kali-kelo          kelo-kalo         ‘berliku-liku’
      kote ‘putar’           kati-kote         kote-kate        ‘berputar-putar’
             
2.      Bunyi vocal  /o/ pada suku kedua

keto           ‘jalan’                          kati-keto         ‘jalan tidak keruan’                 
melo          ‘pucat’                         mali-melo        ‘pucat sekali’
lako           ‘jalan’                          laki-lako         ‘jalan-jalan tanpa tujuan’
lalo            ‘lihat’                           lali-lalo            ‘melihat-lihat’
      lolo            ‘anak yatim piatu’       lali-lolo            ‘menggonggong tanpa sebab’
      kongko     ‘onggokan’                  kangki-kongko ‘onggokan’
      do              ‘banyak’                      dai-do                         ‘banyak sekali’
              
3.      Bunyi  vocal /e/ pada suku kedua
lele ‘pikul’              lali-lele         ‘pikul tanpa tujuan yang jelas’
mese ‘besar’          masi-mese   ‘besar sekali’
koe   ‘kecil’           kai-koe         ‘kecil sekali’      
te’e   ‘matang’       tai-te’e         ‘matang sekali’
kere  ‘iris’             kari-kere     ‘iris sembarangan’
rete  ‘bunyi’          rati-rete       ‘bunyi tanpa henti’

4.      Bunyi akhir vocal /a/ pada suku kata kedua
laka ‘hitam’                      laki-laka ‘hitam sekali’
ta’a  ‘mentah’                   tai-ta’a    ‘metah sekali’
mata ‘mati’                       mati-mata ‘ mati’
koda ‘kalah’                      kadi-koda ‘kalah sekali’
wa’a  ‘terbawa banjir’       wai-wa’a ‘nyaris terbawa banjir’

5.      Bunyi akhir vocal /i/ pada suku kata kedua
huli                        hali-huli                      huli-hali
wuli                       wali-wuli                     wuli-wali


6.      Bunyi akhir konsonan /s/ pada suku kata kedua
holes  ‘putar’          hali-holes                   hole-hales
koes   ‘lap’            kai-koes        
     

7.      Bunyi akhir konsonan /k/ pada suku kata kedua
berok                   bari-berok
bejok                    baji-bejok
tekok                   taki-tekok
rekak                   raki-rekak


8.      Bunyi akhir konsonan /ŋ/, /k/  pada suku kata kedua
nggatang              nggati-nggatang         ngger-nggatang         *nggel-nggatang
nggauk                 nggai-nggauk             ngger-nggauk            *nggel-nggauk
kotek                     kati-kotek                   ker-kotek                    *kel-kotek
kekek                    kaki-kekek                 ker-kekek                   *kel-kekek
mbuak                  mbai-mbuak              mber-mbuak              *mbel-mbuak
ngekek                  ngaki-ngekek             nger-ngekek               *ngel-gekek
wekok                   waki-wekok               wer-wekok                 *wel-wekok

9.      Bunyi akhir konsonan /r/, /s/ pada suku kata kedua
wutir         wati-wutir           wer-wutir  *wel-            wele-wutir               wuli-wutir  
mbalar      mbali-mbalar      mbili-mbalar                 mbi-mbalar  
mbapas     mbapi-mbapas    mber-mbapas *mbel    mbi-mbapas 
mbikas      mbaki-mbikas     mber-mbikas                *mbel-mbikas
hotes         hati-hotes             hel-hotes                       *her-hotes              
hutis          hati-hutis              her-hutis                       *hel-hotes
ngotes       ngati-ngotes          ngel-ngotes                   *nger-ngotes
                

  1. Bentuk-bentuk reduplikasi parsial yang diikuti perubahan fonem lain yang menarik adalah
  2. wutir  → wati-wutir
  3.                 wer-wutir
  4.                 wel-wutir
  5.                 wele-wutir
  6.                 wuli-wutir
  7.                        

  8. wilek    wali-wilek
  9.                                          wer-wilek
  10.                         mbapas → mbapi-mbapas
  11.                                           mbermbapas
  12.                         mbikas  → mbaki-mbikas
  13.                                           mber-mbikas
  14.                         mbepep  →mbapi-mbepep
  15.                                            mber-mbepep
  16.                         ngguting  →nggati-ngguting
  17.                                             ngger-ngguting
  18.                         nggatang → ngganti-nggatang
  19.                                              ngger-nggatang
29.   


Tidak ada komentar:

Posting Komentar