( Vinsensius Gande, S.Pd, Mahasiswa Pascasarjana
Universitas Udayana)
ABSTRACT
This article describes
the types of reduplication morphemis and the word formation process in
Manggarai Language with use ecletics theory as follows: morphology structural and morphology
generative by Chomsky, (1970) and Aronoff, (1976). The focuses of analysis as
follows : the types of reduplication, and the word formation process. It is
aquard (this analysis is shown) that reduplication morphemis in
Manggarai language can classified in several types. The first type is total reduplication.
The second type is partial reduplication. The third type is partial reduplication
by combination of fonem. The fourth type is partial reduplication by
combination of clitics, The fifth type is reduplication by combination and deleted
of phonem. But the word formation process, reduplication in Manggarai language
can do it by paraffixation, proyection of the base segments. Then, its
associate all or a phonem consonan and vocal of the right to left
and of the left to right.
Key Words : Reduplication morphemis, type of
reduplication, reduplication formation process.
PENDAHULUAN
Di Nusa Tenggara Timur
terdapat kurang lebih 37 bahasa daerah
termasuk bahasa Manggarai, Fox, (1977). Untuk
Bahasa Manggarai, terdiri atas empat dialek, yaitu dialek Manggarai Timur,
dialek Manggarai Tengah, dialek Manggarai Barat dan dialek Manggarai Utara,
dengan masing-masing subdialeknya. Pemetaan dialek ini masih berdasarkan
wilayah administrasi pemerintahan. Sejauh ini, belum ada kajian yang mendalam
tentang dialek Bahasa Manggarai. Walaupun demikian, perlu disampaikan dalam tulisan ini bahwa
Bahasa Manggarai memiliki dialek.
Penelitian
ini berfokus pada aspek morfologi. Unsur morfologis yang diangkat adalah
reduplikasi. Penelitian tentang reduplikasi bahasa Manggarai sudah pernah
diteliti oleh peneliti terdahulu, namun dalam penelitian tersebut masih
menggunakan teori struktural, yakni hanya mengkaji unsur surface saja. Padahal, masalah reduplikasi dalam bahasa Manggarai
begitu menarik dan produktif proses morfologisnya jika dibedah dengan
menggunakan teori morfologi generatif. Ada beberapa data yang membuat peneliti
merasa tertarik untuk menelaah reduplikasi bahasa Manggarai di antaranya : lelo
‘melihat’ → lelo-lelo
(melihat-lihat); lali-lelo (sekadar
melihat-lihat); lelo-lalo
(melihat-lihat secara tidak terarah pada tujuan tertentu). Adapula data yang
sangat sulit untuk dimasukan dalam kategori bentuk reduplikasi yakni wutir ‘bergerak’→ wel-wutir ‘bergerak secara berulang-ulang’; ngotes ‘tidur tidak tenang’→ ngel-ngotes
‘ tidur yang selalu membalikan badannya secara berulang-ulang’ dan mbikas ‘air yang keluar tidak terarah’→mber-mbikas ‘air yang keluar
berkelimpahan yang agak sulit diatasi’. Bentuk-reduplikasi seperti yang
disebutkan di atas menurut penulis suatu gejala bahasa yang perlu ditelaah
secara mendalam agar menjadi bahasa yang berterima dan terkaidah.
KAJIAN
PUSTAKA, KONSEP DASAR DAN LANDASAN TEORI
Kajian Pustaka
Penelitian terhadap
bahasa Manggarai, sudah pernah dilakukan di antaranya Deor, (1994) dalam
skripsinya menyinggung masalah bentuk verbal dialek Manggarai Tengah. Kemudian
Troeboes (1985) dengan judul Struktur Bahasa Manggarai, hanya sedikit
menyinggung masalah reduplikasi dan kajiannya masih bersifat umum. Sampai
sejauh ini begitu banyak peneliti melakukan penelitian bahasa Manggarai, namun
penelitian tersebut, tidak menyinggung masalah tipe-tipe reduplikasi dan proses
pembentukan reduplikasi Bahasa Manggarai.
Konsep Dasar
Setiap bahasa memiliki
sistem tersendiri baik tipe-tipe, fungsi dan makna reduplikasi termasuk bahasa
Manggarai. Menurut Samsuri, (1991:191), reduplikasi merupakan proses morfologis
yang banyak sekali terdapat pada bahasa-bahasa
di dunia. Secara lebih sempit Verhaar (1978) dalam Hente (1994:3) mengatakan bahwa di Asia Tenggara reduplikasi
tergolong masih sangat umum termasuk bahasa Indonesia dan bahasa-bahasa daerah
di Indonesia.
Pengertian
Reduplikasi
Reduplikasi
didefinisikan sebagai proses morfemis yang mengubah bentuk kata yang
dikenainya, (Simatupang, 1983:16; Verhaar, 1996:152). Kemudian secara khusus
Borselow dan McCarty dalam Katamba, (1993:184) menegaskan bahwa reduplikasi
merupakan proses afiks suatu morfem pada bentuk dasar. Dalam telaah ini, reduplikasi
dimaknai sebagai satuan gramatik yang memiliki satuan yang diulang, dan satuan
yang diulang itu disebut bentuk dasar (base).
Dengan kata lain, setiap kata ulang memiliki satuan yang diulang, satuan yang
diulang itu adalah bentuk dasar (base). Namun sebagian reduplikasi tidak dapat
dengan mudah ditentukan bentuk dasarnya.
Tipe-Tipe
Reduplikasi
Ada tiga tipe
reduplikasi, yaitu (1) reduplikasi fonologis, yaitu pengulangan yang tidak
terjadi perubahan makna (2) reduplikasi
sintaksis, yaitu proses pengulangan yang terjadi pada bentuk dasar yang
menghasilkan satuan yang berstatus
klausa, sedangkan (3) reduplikasi morfemis, yaitu perubahan yang terjadi perubahan makna gramatikal atas bentuk dasar
yang diulang sehingga terjadilah satuan yang berstatus kata (Kridalaksana,
1992:88).
Macam-macam reduplikasi,
yaitu reduplikasi seluruh bentuk dasar. Reduplikasi seluruh, yaitu reduplikasi
bentuk dasar tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan afiks. Data
bahasa Maori, (Krupa, 1966) misalnya, reo
menjadi reo-reo yang artinya
percakapan. (2) reduplikasi parsial, yaitu reduplikasi sebagian bentuk dasar
(bentuk dasar tidak diulang seluruhnya). Misalnya, kata pango menjadi papango yang
artinya gelap. (3) reduplikasi
berkombinasi afiks, yaitu reduplikasi terjadi bersama-sama dengan proses
pembubuhan afiks. Misalnya Agta dalam Marantz,
(1982) yaitu kata takki menjadi taktakki, (4) reduplikasi dengan
perubahan fonem, misalnya dalam kata bahasa Indonesia lauk-pauk, (Ramlan, 1987:69—75; Verhaar, 1996:4; Katamba, 1993:150;
Simatupang,1983:52).
Proses
Pembentukan Reduplikasi
Proses pembentukan
reduplikasi morfemis dapat melalui proses yang berbeda-beda, yaitu (1)
reduplikasi progresif, yaitu proses reduplikasi yang berlangsung ke arah sebelah kanan (left to right) atau sesuai dengan arus ujaran, (2) reduplikasi
regresif, yaitu proses pembentukannya ke arah sebelah kiri (right to left). (Parera, 1994:52;
Kridalaksana, 1996:99—101; Katamba, 1993:186).
Prinsip-prinsip
pemetaan (mappings principles in
reduplication), yaitu 1) afiksasi (prefiks, infiks, sufiks, simulfiks,
parafiks), 2) terjadi asosiasi pada fonem kopi pada kerangka konsonan—vokal
satu-satu dengan vokal dan konsonan bentuk dasar, 3) terjadi asosiasi pada
fonem bentuk dasar, 4) perubahan konsonan-vokal tidak terjadi pada akhir.
Dalam konteks proses
pembentukannya, reduplikasi mengandung beberapa hal pokok, yaitu 1) reduplikasi
bisa terjadi pada bagian kiri dari bentuk dasar sebagai prefiks, 2) reduplikasi bisa terjadi pada bagian kanan
dari bentuk dasar sebagai sufiks, 3) reduplikasi bisa terjadi pada bagian
tengah dari bentuk dasar sebagai infiks, dan 4) reduplikasi bisa terjadi pada
seluruh bentuk dasar, seluruh morfem, sebuah silabel, sebagian silabel, dan
semua silbel atau perubahan konsonan dan vokal. Borselow dan McCarthy dalam Spencer, (1993:150).
Makna Gramatikal
Reduplikasi Morfemis
Dalam proses morfemis,
makna dapat dibagi menjadi makna
leksikal, dan makna gramatikal. Makna leksikal, adalah makna yang kurang lebih
tetap terkandung dalam kata, sedangkan makna gramatikal adalah makna yang
disebabkan oleh adanya perubahan bentuk, perubahan golongan dan perubahan makna
sebagai akibat melekatnya afiks pada bentuk dasar. Oleh proses morfemis kata
yang dikenainya dapat mengalami perubahan makna, dan bukan membentuk makna
baru. (Ramlan, 1987:22; Simatupang, 1983:79).
Landasan Teori
Teori linguistik
deskriptif dapat diklasifikasikan ke dalam dua bagian, yakni linguistik makro
dan linguistik mikro. Linguitik makro
mengkaji linguistik dalam kaitannya dengan masyarakat di antaranya sosioliguistik,
semiotik dan pragmatik dan lain-lain sebagainya. Sedangkan linguistik mikro mencakupi
fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Namun ruang lingkup penelitian
ini adalah linguistik mikro khususnya bidang morfologi.
Penelitian ini mengkaji
reduplikasi morfemis bahasa Manggarai dengan menerapkan teori morfologi Generatif.
Untuk mengkaji data reduplikasi morfemis bahasa Manggarai, sangat cocok menggunakan
teori morfologi Generatif, khususnya dalam menentukan apakah kata tersebut
termasuk jenis reduplikasi atau bukan.
Teori ini digunakan untuk menganalisis proses
pembentukan kata yang sangat sulit ditentukan bentuk dasarnya, maka data
tersebut dianalisis dengan menggunakan teori morfologi generatif yang semula dikemukakan
oleh Chomsky, (1970) dalam Parera,
(1994:86). Chomsky, (1970) menjelaskan bahwa proses analisis morfologi perlu
dibedakan antara kompetensi (kompotence),
struktur dalam (underlying structure),
sintaksis (syntax), performansi (performance), struktur luar (surface structure), transformasi (transformation) dan fonologi (phonology). Menurut Chomsky (1970) bahwa
struktur bahasa yang didengar atau ditulis merupakan struktur luar (surface structure). Struktur luar
merupakan hasil transformasi dari struktur dalam (underlying structure). Demikian pula dengan proses pembentukan kata
(word formation process) untuk proses
morfemis tertentu. Teori morfologi generatif
menghasilkan suatu deskripsi bahasa
yang produktif (productive) dan kreatif (kreative). Maka dalam proses analisis
morfologi generatif akan menghasilkan perangkat kaidah pembentukan kata (a set of word formation rules) yang
produktif dan kreatif. Dengan demikian, perangkat kaidah itu dapat menghasilkan
sejumlah besar kata bentukan yang berterima dan berkaidah. Teori morfologi
generatif memiliki perangkat kaidah dalam membentuk kata-kata baru atau
kalimat-kalimat baru dengan kaidah transformasi. Menurut Beratha, (2010), ada
dua pendekatan yang dikembangkan oleh pakar morfologi generatif, yakni : 1)
pendekatan morfem (morpheme based
approach) oleh Halle (1972:1973), dan
2) pendekatan kata (word based
approach) oleh Aronoff (1976). Aronoff, (1976) dalam menerapkan word based hypothesis dalam pembentukan
kata. Syarat-syaratnya adalah sebagai berikut. 1) Dasar pembentukan kata adalah
kata (bukan lebih kecil dari kata), 2) Kata adalah kata yang benar-benar ada
(tidak termasuk kata-kata yang potensial), 3) kaidah pembentukan kata berlaku untuk kata
tunggal bukan frasa, 4) Kata dasar harus
termasuk dalam kategori sintaksis utama, yaitu nomina, verba, ajektiva, dan
lain-lain, 5) out put dari kaidah
pembentukan kata harus merupakan kategori sintaksis yang utama. Aronoff (1970)
menerapkan konsep kaidah penyesuaian (adjustment
rules). Keberadaan kaidah ini disebabkan oleh kata-kata yang tidak semuanya
mengalami proses yang mulus pada kaidah pembentukan kata menuju kamus, sehingga
sering muncul truncation & allomorphy
rules yang menjelaskan bagaimana penyesuaian itu berinteraksi dalam
kaidah pembentukan kata. Dalam kajian ini penulis menggunakan teori morfologi
generatif dengan menggunakan pendekatan Aronof.
PEMBAHASAN
Secara morfologis
bahasa Manggarai tidak mengenal reduplikasi afiks karena Bahasa Manggarai tidak
mengenal afiks. Bahasa Manggarai mengenal 7 (tujuh) tipe reduplikasi, yakni 1)
reduplikasi penuh (total reduplication),
2) reduplikasi parsial dengan perubahan fonem, 3) reduplikasi parsial
berkombinasi klitik, 4) reduplikasi
dengan perubahan fonem, 5) reduplikasi dengan perubahan dan pelesapan fonem, 6)
reduplikasi terjadi vokal asimilasi konsonan, dan reduplikasi vokal asimilasi vokal. Untuk
lebih jelasnya, akan tampak dalam deskripsi berikut ini.
Tipe-tipe Reduplikasi Morfemis
Bahasa Manggarai
1.
Reduplikasi
Penuh (total reduplication)
Tipe R-1 : [(D+Dup)→R]
Tipe R-1 adalah
reduplikasi bentuk dasar secara utuh tanpa terjadi perubahan dan pelepasan
fonem atau bentuk dasar dikopi secara utuh)
Contoh
1 :
watu→watu-watu
‘batu’ ‘batu-batu’
“banyak batu”
ce-beo→ce-beo-ce-beo
‘PROK-kampung PROK-kampung-PROK-kampung’
“banyak kampong”
Proses
pembentukan reduplikasi total
Proses 1, analisis
transfer kuantitatif (quantitative
transfere analysis)
D Dup
δ δ
x
x x x
w a t u watu
Proses 2,
parafiks
Dup
D
δ
δ
x x
x x
w a
t u
Proses 3, proyeksi/kopi
segmen dari parafiks
Proses
pembentukan reduplikasi total tipe R-1 watu seperti pada proses 1, adalah
menansfer segmen-segmen bentuk dasar misalnya:
watu → watu-watu. Proses ini disebut proses transfer kuantitatif.
Sedangkan proses 2, yaitu mengopi atau memroyeksi segmen yang ada pada bentuk
dasar, kemudian dalam menganalisis proses tranfer kuantitatif digunakan proses
parafiks (paraffixation). Proses 3, yaitu segmen-segmen bentuk dasar
diproyeksi menjadi sebuah reduplikasi yang utuh.
Tipe
R-1 cedako merupakan reduplikasi
bentuk dasar yang dikopi seluruh. Bentuk ini sama melalui tiga proses juga sama
dengan proses bentukan kata watu di
atas. Namun tipe ini bentuk dasar berkombinasi dengan pemarkah proklitik ce- ‘satu’. Bentuk ce- merupakan variasi bentuk ca-‘satu’.
Bentuk ce- merupakan bentuk terikat,
atau tidak dapat berdiri sendiri dalam tuturan misalnya merespons pertanyaan,
berapa ? yang membutuhkan jawaban
singkat misalnya, ce-, kecuali ca-‘satu’. kemudian bentuk ce- secara fonologis tidak bertekanan dibanding bentuk ca-.
2.
Reduplikasi Parsial
terjadi perubahan fonem
Tipe R-2 : [(D+DupPrf) →R]
Tipe R-2
merupakan reduplikasi sebagian bentuk dasar (dikopi sebagian bentuk dasar).
Silabel yang dikopi terdiri dari silabel pertama, dan silabel kedua bentuk
dasar.
Contoh
2:
a. Silabel
pertama
papok →
pi-papok “sombong sekali”
‘sombong’ ‘ Dup-sombong’
bangas → bi-bangas “bodok sekali”
‘bodoh’ ‘Dup-bodoh’
mbalar → mbi-mbalar “melihat-lihat tanpa arah”
‘lihat’
‘Dup-lihat’
b. Silabel
pertama dan silabel kedua
holes →
hole-hales “bergerak terus”
‘balik’ ‘
Dup-balik’
erok → ero-arok
“bergerak terus ekornya”
‘bergerak ekornya’ Dup-ekor
bergerak’
Proses Pembentukan reduplikasi
parsial dengan perubahan fonem contoh 2a di atas melalui proses parafiks dan
proyeksi sedangkan contoh 2b melalui
proses kopi dan asosiasi. Proses tersebut di antaranya sebagai berikut.
Parafiks dan proyeksi papok
[x x]δ [ p i]
x x x
x x x x x
x x
p a p
o k p a p
o k
Proses papok→pipapok merupakan reduplikasi parsial diikuti dengan perubahan
fonem. Bentuk pipapok merupakan
bentuk alternasi dari papi-papok.
Proses pembentukannya berawal dari kopi fonem depan bawah /a/ pada silabel
pertama dan vokal tengah belakang /o/ pada silabel kedua bentuk dasar sehingga
bentuk reduplikasinya papi-papok. Kemudian
proses berikutnya vokal depan bawah /a/ silabel pertama berubah menjadi vokal
depan tinggi /i/ setelah dikopi bentuk dasarnya. Bentuk reduplikasinya
adalah pi-papok. Maka kaidah perubahannya sebagai berikut : /a/ ®
[i] / K— . Berikut ini merupakan bentuk alternasi dari papok.
papok →papi-papok
pipapok
Parafiks dan proyeksi bangas
[x x]δ
[b i]
x x x x x x
x x x x x x
b a n g a s b a n g a s
Proses bangas→bibangas merupakan bentuk alternasi dari bangi-bangas, dan bingi-bangas.
Proses pembentukannya berawal dari
kopi fonem silabel pertama /a/ dan silabel kedua /a/ bentuk dasar. Fonem vokal
/a/ pada silabel pertama tetap menjadi fonem vokal /a/ pada fonem kopinya,
dan vokal /a/ pada silabel kedua berubah
menjadi vokal /i/ pada fonem kopi.
Kemudian bentuk bangas juga memiliki
bentuk alternasi perubahan bunyi yakni
dari vokal depan bawah /a/ menjadi vokal depan tinggi /i/ pada fonem
kopinya. Kaidah perubahannya sebagai berikut : /a/®[i] / K— . Perhatikan data berikut ini.
bangas → bangi-bangas
bingi-bangas
bibangas
Parafiks
dan proyeksi mbalar
[x x]δ [mb i]
x x x
x x x x x x x
m b a l a r m b a l a r
Proses mbalar→mbibalar merupakan bentuk alternasi dari mbali-mbalar, dan mbili-mbalar.
Proses pembentukannya berawal dari
kopi fonem silabel pertama /a/ dan silabel kedua /a/ bentuk dasar. Fonem vokal
/a/ pada silabel pertama tetap menjadi fonem vokal /a/ pada fonem kopinya,
dan vokal /a/ pada silabel kedua berubah
menjadi vokal /i/ pada fonem kopi.
Kemudian bentuk mbalar juga memiliki bentuk
alternasi perubahan bunyi yakni dari
vokal depan bawah /a/ menjadi vokal
depan tinggi /i/ pada fonem kopinya. Kaidah perubahannya sebagai berikut : /a/®[i] / K— .
mbalar → mbali-mbalar
mbili-mbalar
mbimbalar
Kopi dan asosiasi holes
holes hole s hole s
I K
kvkvk → kvkv+k+v+k+v+k→
kvkv+k+v+k+v+k
h o l
e s
hole s
A
→ kvkv+k+v+k+v+k →hole-hales
K1→Ka
h a l
e s
Proses pembentukannya berawal dari reduplikasi
internal. Kemudian, bentuk holes
dikopi secara utuh menjadi holes-holes.
Namun bentuk holes-holes sudah tidak lagi
berterima karena masyarakat menggunakan bentuk hole-hales atau hali-holes.
Ketika holes diulang maka sebagian
fonem mengalami asosiasi yaitu fonem vokal belakang /o/ pada silabel pertama bentuk dasar
berasosiasi dengan vokal depan /a/ pada silabel pertama bentuk kopinya. Asosiasi
fonem tersebut bergerak ke arah sebelah kanan (left to right). Sedangkan fonem konsonan akhir /s/ yang tidak
diasosiasikan tidak dapat dilesapkan (deleted).
Selain bentuk holes, ada juga bentuk reduplikasi
parsial lain yang menarik adalah:
erok → ari-erok ;
ero-arok
mbirut
→ mbari-mbirut
mbiru-mbarut
3. Reduplikasi Parsial berkombinasi klitik
a) Tipe
R-3 : [(D+Dup+-s,-r,-m,-n,-k,-d ) →R]
Tipe
R-3 reduplikasi yang bentuk dasar berkombinasi dengan enklitik pronomina
persona, -s,-r,-m,-n,-k,-d. Reduplikasi morfemis berenklitik dalam Bahasa
Manggarai tidak menghasilkan perubahan
bentuk kata meskipun enklitik dianggap sebagai morfem terikat. Redupikasi
enklitik dalam Bahasa Manggarai sebagai hasil kontraksinya, adalah (1) –s,
untuk orang ketiga jamak (3J), (2) –r untuk orang ketiga jamak (3J) dan orang
pertama jamak (1J), (3) –n untuk diri ketiga tunggal, (4) –m untuk orang kedua
tunggal (1T), dan orang kedua jamak (1J), dan (5) –k untuk orang pertama
tunggal (1T) serta (6) –d untuk orang ketiga jamak (3J).
Contoh
3,
lako-s → lako-lako-s
‘jalan-3J
‘jalan-jalan-3J’
lelo-r ®
lelo-lelo-r
‘lihat-1J’ ‘lihat-lihat-1J’
dia-m → dia-dia-m
baik-3T → baik-baik-3T
lako-k ® lako-lako-k
‘jalan-1J ‘jalan-jalan-1J’
mese-n
® mese-mese-n
‘besar-3T’ ‘besar-besar-3T
lewe-d ® lewe-lewe-d
‘panjang-3J’ ‘panjang-panjang-3J’
Proses
pembentukan reduplikasi enklitik
Proses
kopi dan asosiasi lako-s
Dup V [-[V/D
D Dup
δ
δ δ δ
l a k o ø s
V V
V
D
D
Dup
δ
δ δ
δ δ
l a
k o l a k o ø
V V
V
Proses kopi dan
asosiasi dia-m
Dup
Adj-[-[Adj/D
D Dup
δ δ
δ δ
d i ø a ø m
adj adj
adj
D
D
Dup
δ
δ δ
δ δ
d
i ø a
d i ø a ø
m
V V
V
Proses reduplikasi verba lako-s dan adjetiva dia-m merupakan proses pembentukan reduplikasi parsial berkombinasi
enklitik. Sebagian bentuk dasar dikopi dan diasosiasikan secara progresif.
Sedangkan bentuk eklitik, -s,-r,-m,-n,-k,-d tidak dapat diinkorporasikan ke
dalam konstituen ulang. Penulis hanya menjelaskan dua contoh data saja, tetapi
pada prinsipnya contoh-contoh yang lain sama.
b) Tipe
R-4 : [ce+(D+Dup)→R]
Tipe
R-4 merupakan reduplikasi parsial berkombinasi dengan pemarkah proklitik ce-. Proklitik ce- pada bentuk dasar dikopi tanpa perubahan fonem.
Contoh
4 :
ce-uma
→ ce-ceuma
‘PROK-kebun ‘Dup-PROK kebun’
Proses
pembentukan reduplikasi tersebut adalah sebagai berikut.
Proses 1, parafiks proyeksi
[x
x]δ [c e]
x x x x x x x x x x
c e u m a c e u m a
Contoh
reduplikasi yang menarik lainnya yang sejenis dengan bentuk di atas, adalah
cebeo → cebeo-cebeo
ce-cebeo
cedako → cedako-cedako
ce-cedako
ceruang →ceruang-ceruang
ce-ceruang
4.
Reduplikasi
terjadi perubahan fonem
Proses pembentukan reduplikasi
dengan perubahan fonem bahasa Manggarai adalah sebagai berikut.
Contoh 5 :
lelo → lelo-lalo atau
‘lihat’ ‘lihat-Dup’
lelo → lali-lelo
lelo → lelo-lalo
‘lihat’ ‘lihat-Dupl’
kote → kote-kate atau
‘putar’ ‘putar-Dup’
kote → kati-kote
‘putar’ ‘Dup-putar’
Proses 1,
l e lo P lelo- A
lelo T lelo L
l elo-l a l o
→ → →
→
kvkv kvkv kvkv
kvkv kvkv kvkv
kvkv
kvkv kvkv
a
l el o
Proses 2,
kote P
kote- A kote T kote
L kote-kate
→ → →
→
kvkv kvkv
kvkv kvkv kvkv kvkv
kvkv
kvkv kvkv
a
kate
Proses 1. Reduplikasi tipe seperti
proses 1, setelah bentuk dasar mengalami parafiksasi fonem konsonan awal
silabel bentuk dasar dikopi lalu terjadi asosiasi satu-satu fonem, yaitu /o/
→/a/ pada silabel pertama pada duplikat. Proses 2.
Reduplikasi tipe seperti proses 2, setelah bentuk dasar mengalami
parafiksasi segmen-segmen bentuk dasar
dikopi, diasosiasi ke arah sebelah kanan. Setelah diasosiasi fonem vokal
berubah menjadi /o/ →/a/ pada silabel
pertama pada duplikatnya. Kemudian ditransfer hingga menjadi suatu linearisasi.
5. Reduplikasi terjadi perubahan dan pelesapan fonem
Proses pembentukan reduplikasi
terjadi perubahan fonem dapat dilakukan dengan proses asosiasi dan transfer.
Data :
ribok → rabi-ribok
‘buncit’
‘Dup-buncit’
mbepep→mbapi-mbepep
‘kepak sayap’ ‘Dup-kepak sayap’
Proses asosiasi dan transfer
r ibok P ribok- A ribok T ribok
L rabi- ribok
→ →
→
→
kvkvk kvkvk kvkvk kvkvk
kvkv kvkvk
kvkv
kvkvk kvkv
a i r abi
Proses reduplikasi di atas, setelah
mengalami parafiksasi, fonem konsonan awal silabel bentuk dasar dikopi kemudian
terjadi asosiasi satu-satu fonem kopi yakni vokal /a/ →/i/ pada silabel kedua setelah itu
ditransfer menjadi suatu linearisasi.
Tabel Tipe Reduplikasi Morfemis Bahasa Manggarai
Reduplikasi
BM
|
Tipe-tipe
|
Contoh
(dalam
kata BM)
|
Reduplikasi total
|
Tipe, R—1 :
[(D+Dup)→R]
|
lako-lako
(V)
watu-watu
(N)
|
Reduplikasi parsial dengan perubahan
fonem
|
Tipe, R—2 :
[(D+DupPrf)→R]
|
pi-papok
(Adj)
bi-bangas
(Adj)
mbi-mbalar
(adj)
|
Reduplikasi parsial berkombinasi
klitik
|
Tipe, R—3 :
[(D+Dup)+-s,-r,-m,-n→R]
|
Lako-lako-s
(V)
Dia-dia-m
(Adj)
|
|
Tipe, R—4 : [ce-(D+Dup)→R]
|
ce-ce-dako
(Num)
ce-ce-beo
(Num)
|
Reduplikasi terjadi perubahan fonem
|
Tipe, R—5 :
[(D+DupPrf)→R]
|
lelo-lalo
(V)
kote-kate
(Adj)
|
Reduplikasi terjadi perubahan dan pelesapan fonem
|
Tipe, R—6 :
[(D+DupPrf,Plf)→R]
|
mbapi-mbepep
(Adj)
rabi-ribok
(Adj)
|
SIMPULAN
Hasil
telaah reduplikasi bahasa Manggarai di atas dapat disimpulkan bahwa reduplikasi
morfemis bahasa Manggarai terdiri atas beberapa tipe, di antaranya, 1)
reduplikasi total, 2) reduplikasi parsial, 3) reduplikasi parsial terjadi
perubahan fonem, 4) reduplikasi parsial berkombinasi klitik, dan 5) reduplikasi
dengan perubahan sekaligus pelesapan fonem. Sedangkan dalam proses
pembentukannya, reduplikasi bahasa Manggarai dapat terjadi dengan cara
parafiksasi, memroyeksi segmen-segmen bentuk dasar. Kemudian diasosiasikan
satu-satu terhadap fonem konsonan, dan vokal ke arah kiri (right to left), dan kea rah kanan (left to right).
BIBLIOGRAFI
Aronoff, Mark.1976. Word Formation In Generative Grammer.
Combridge : MTT Press.
Bawa,
I Wayan. 1984. Sistem Perulangan Bahasa
Bali. Jakarta: Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa. Departemen Pendidikan dan kebudayaan.
Chomsky, N. 1970. Remarks On Nominalization in Jacobs and
Rosembaum, P.
David,
Stuart.1988. Theoritical Morphology: On
The Nature of Internal Reduplication. Approaches In Modern Linguistik. San
Diego.
De
Sausure, Ferdinand. 1988. Pengantar
Linguistik Umum. Yogyakarta: Gajah Mada Universitas Press.
Hente,
Asri M. dkk. 1994. Sistem Perulangan
Bahasa Bahasa Pamona.Jakarta:Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Katamba,
Francis. 1993. Morphology Teory.
Modern Linguistik Series. London: Macmilan Press Ltd.
Kridalaksana,
Harimurti. 1996. Pembentukan Kata dalam
Bahasa Indonesia. Edisi Kedua. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Lieber,
Rochelle. 1992. Deconstructing
Morphology: Word Formation In Syntatic Theory. London: The University of
Chigago Press. Ltd.
Moleong,
Lexi J. 1994. Metode penelitian
Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Moleong,
Lexi J. 2010. Metode penelitian
Kualitatif. Edisi Revisi Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Nida,
A. Eugene.1974. Morphology: The Descriptive Analysis of Words. New York:
The University of Michigan Press.
Parera,
Daniel Jos. 1994. Morfologi Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Pateda,
Mansoer. 1988. Linguistik : Sebuah
Pengantar. Bandung: Angkasa.
Ramlan,
M. 1987. Morfologi: Sebuah Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta:
Universitas Gaja Mada.
Robin,
r.h. 1992. Linguistik Umum : Sebuah
Pengantar. Yogyakarta: Kanisius.
Roeper,
T. Siegel. M.E.A. 1978. A Lexical Transformation
For Verbal Compunds. Linguistic Iquiry.
Samsuri.
1991. Analisis Bahasa. Jakarta:
Erlangga.
Scalise,
Sergio. 1984. Generative Morphology.
Foris Publication Dodrect-Holland/Cinnaminson.
Spencer,
Andrew. 1993. Morphology Theory: An
Introduction To Word Structure In Generative Grammer. Blackwell.
Simatupang,
m.d.s. 1983. Reduplikasi Bahasa
Indonesia. Jakarta: Djambatan.
Verhaar,
J.W.M.1995. Pengantar Linguistik. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.
Verhaar,
J.W.M.1996. Asas-Asas Linguistik. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.
Bentuk dasar
1. Bunyi vocal
/e/ pada suku kata pertama :
lelo
‘lihat’ lali-lelo lelo-lalo ‘melihat-lihat’
kelo ‘liku’ kali-kelo kelo-kalo ‘berliku-liku’
kote ‘putar’ kati-kote kote-kate ‘berputar-putar’
2.
Bunyi
vocal /o/ pada suku kedua
keto ‘jalan’ kati-keto ‘jalan tidak keruan’
melo ‘pucat’ mali-melo ‘pucat sekali’
lako ‘jalan’ laki-lako ‘jalan-jalan tanpa tujuan’
lalo ‘lihat’ lali-lalo ‘melihat-lihat’
lolo
‘anak yatim piatu’ lali-lolo
‘menggonggong tanpa sebab’
kongko
‘onggokan’ kangki-kongko
‘onggokan’
do ‘banyak’ dai-do ‘banyak
sekali’
3. Bunyi vocal /e/ pada suku kedua
lele ‘pikul’ lali-lele ‘pikul tanpa tujuan yang jelas’
mese ‘besar’ masi-mese ‘besar sekali’
koe
‘kecil’ kai-koe
‘kecil sekali’
te’e
‘matang’ tai-te’e ‘matang
sekali’
kere
‘iris’ kari-kere ‘iris sembarangan’
rete
‘bunyi’ rati-rete ‘bunyi tanpa henti’
4. Bunyi
akhir vocal /a/ pada suku kata kedua
laka ‘hitam’ laki-laka ‘hitam sekali’
ta’a
‘mentah’ tai-ta’a ‘metah sekali’
mata ‘mati’ mati-mata ‘ mati’
koda ‘kalah’ kadi-koda ‘kalah sekali’
wa’a
‘terbawa banjir’ wai-wa’a ‘nyaris terbawa banjir’
5. Bunyi
akhir vocal /i/ pada suku kata kedua
huli hali-huli huli-hali
wuli wali-wuli wuli-wali
6. Bunyi
akhir konsonan /s/ pada suku kata kedua
holes ‘putar’ hali-holes hole-hales
koes
‘lap’ kai-koes
7. Bunyi
akhir konsonan /k/ pada suku kata kedua
berok bari-berok
bejok baji-bejok
tekok taki-tekok
rekak raki-rekak
8. Bunyi
akhir konsonan /ŋ/, /k/ pada suku kata
kedua
nggatang nggati-nggatang ngger-nggatang *nggel-nggatang
nggauk nggai-nggauk ngger-nggauk *nggel-nggauk
kotek kati-kotek ker-kotek *kel-kotek
kekek kaki-kekek ker-kekek *kel-kekek
mbuak mbai-mbuak mber-mbuak *mbel-mbuak
ngekek ngaki-ngekek nger-ngekek *ngel-gekek
wekok waki-wekok wer-wekok *wel-wekok
9. Bunyi
akhir konsonan /r/, /s/ pada suku kata kedua
wutir wati-wutir wer-wutir *wel- wele-wutir wuli-wutir
mbalar mbali-mbalar mbili-mbalar mbi-mbalar
mbapas mbapi-mbapas mber-mbapas *mbel mbi-mbapas
mbikas mbaki-mbikas mber-mbikas *mbel-mbikas
hotes hati-hotes hel-hotes *her-hotes
hutis hati-hutis
her-hutis *hel-hotes
ngotes ngati-ngotes ngel-ngotes *nger-ngotes
- Bentuk-bentuk reduplikasi parsial yang diikuti perubahan fonem lain yang menarik adalah
- wutir → wati-wutir
- wer-wutir
- wel-wutir
- wele-wutir
- wuli-wutir
- wilek → wali-wilek
- wer-wilek
- mbapas → mbapi-mbapas
- mbermbapas
- mbikas → mbaki-mbikas
- mber-mbikas
- mbepep →mbapi-mbepep
- mber-mbepep
- ngguting →nggati-ngguting
- ngger-ngguting
- nggatang → ngganti-nggatang
- ngger-nggatang
29.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar