Senin, 30 Januari 2012

FONETIK AKUSTIK BAHASA MANGGARAI


I.       Pendahuluan

Fonetik merupakan ilmu yang mempelajari tentang ujaran. Kajian fonetik meliputi tiga hal penting yakni Pertama,  fonetik artikulasi. Fonetik akustik mempelajari tentang ujaran dari sudut pandang pembicara (bagaimana bunyi itu dihasilkan). Hal-hal yang menjadi pusat perhatian dalam fonetik akustik di antaranya kecepatan getaran vokal, waktu (time), dan gerakan-gerakan fisik.  Kedua, fonetik akustik. Fonetik akustik mempelajari mempelajari tentang bagaimana ujaran melintasi udara dalam bentuk gelombang udara.Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam fonetik auditor di antaranya Frekuensi Fundamental (FO), durasi, dan intensitas (amplitudo). Ketiga, fonetik auditor. Fonetik auditor mempelajari tentang bagaimana ujaran dari sudut pandang pendengar atau bagaimana bunyi dirasakan oleh pendengar. Ada tiga hal yang dikaji yakni titi nada (pitch), panjang nada, dan kelantangan.
Dalam kaitan dengan itu, tulisan ini penulis mencoba menganalisis sebuah kalimat tuturan adat Manggarai yakni ledong dise empo mbate dise ame dengan menggunakan speech analyzer. Hal yang menjadi menarik dalam kalimat ini adalah pertautan bunyi vokal [o] pada ledong dise empo, dan bunyi vokal [e] pada mbate dise ame. Ini sebuah paralelisme yang menarik.  Kalimat ini sering digunakan sebagai kalimat pembuka tuturan adat penerimaan orang yang dihormati oleh tua-tua adat di Manggarai. Tujuan analisis fonetik ini untuk mengetahui 1) waveform, 2)Waveform  dan Auto picth, 3) Wave, row, intensity, auto pitch, 4) Waveform, spectrogram



II.    Pembahasan

Kalimat Ledong dise empo mbate dise ame  akan dianalisis  waveform, waveform dan auto pitch, dan  wave, row, intensity, auto pitch, serta Waveform, spectrogram. Ikwal ini akan dideskripsikan sebagai berikut.

a.       Waveform  dan Auto picth
Figure 1

Grafik FO merekam kecepatan ujaran digambarkan pada beberapa parameter akustik. Misalnya pada grafik gelombang ujaran, kita dapat mengidentifikasi putaran gelombang dan menentukan berapa banyak waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan satu putaran.  Grafik FO merekam kecepatan putaran gelombang ujaran dalam satu tahapan waktu secara terus-menerus. Waktu yang diperlukan digambarkan sepanjang poros horizontal, sedangkan kecepatan putaran gelombang ujaran digambarkan sepanjang  gelombang vertikal.  Pada contoh di atas, grafik yang ditampilkan adalah ujaran ledong dise empo mbate dise ame. Bentuk gelombang ujaran ditunjukan oleh grafik bagian atas, dan grafik FO atau kecepatan putaran gelombang ditunjukkan oleh grafik pada bagian bawah. FO maksimum pada grafik  selama kata  ledoŋ, empo, adalah 180 Hz,  dan frekuensi minimum adalah 105 Hz pada akhir jejak FO. Ada terjadi interupsi pada jejak FO yang muncul selama konsonan frikatif [s], dan vokal [e]  Ini berarti  bahwa frikatif [s] dan vokal [e] tidak bergabung dengan getaran nada dan gelombang periodik. Tuturan Ledong dise empo mbate dise ame yang dideskripsikan secara fonetis di atas menunjukkan bahwa pesentase bentuk gelombang bunyi (raw waveform) yakni 0:4,3988Hz atau L :0,0% (7) perdetik dan  frekuensi titi nada (auto pitch) mencapai 0:1.2130Hz atau R:-0,0%(-2). Bunyi fonem vokal /o/ pada ujaran ledoŋ mempunyai kecepatan putaran gelombang bunyi yang cukup tinggi, jika dibandingkan dengan bunyi vokal /o/ pada empo. Ikwal ini terjadi karena pada umumnya kecepatan putaran gelombang (FO) konsonan  bersuara jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan konsonan tidak bersuara.  Misalnya, FO vokal /o/ yang didahului bunyi plosif bersuara /d/  mempunyai kecepatan putaran gelombang  yang cukup tinggi yakni 180Hz, sedangkan FO vokal /o/ yang didahului bunyi plosif tidak bersuara /p/  mempunyai kecepatan putaran gelombang agak rendah yakni  grafik FO 165Hz. Hal ini dapat dilihat dari waktu yang diperlukan pada poros horizontal vokal /o/ pada kata ledong mencapai L: 5,0 % (1632) dan R: -1,4% (-467) perdetik dan vokal /o/ pada kata empo mencapai L: 2,6% (849) dan R: -0,6% (-191) perdetik.


b.      Waveform
Figure 2
Grafik FO merekam kecepatan ujaran digambarkan pada beberapa parameter akustik. Misalnya pada grafik gelombang ujaran, kita dapat mengidentifikasi putaran gelombang dan menentukan berapa banyak waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan satu putaran.  Grafik FO merekam kecepatan putaran gelombang ujaran dalam satu tahapan waktu secara terus-menerus. Waktu yang diperlukan digambarkan sepanjang poros horizontal, sedangkan kecepatan putaran gelombang ujaran digambarkan sepanjang  gelombang vertikal.  Pada contoh di atas, grafik yang ditampilkan adalah ujaran ledong dise empo mbate dise ame. Bentuk gelombang ujaran ditunjukkan seperti yang tunjukkan pada grafik di atas. Persentase gelombang bunyi (raw waveform) 0:6,6221 atau R: -0,0% (-13) perdetik.


c.       Wave, row, intensity, auto pitch
Figure 3
Grafik FO (kecepatan putaran gelombang) yang masih kasar seperti pada figure 3 di atas. Figure pertama merupakan analisis FO yang masih kasar sedangkan bagian bawahnya merupakan analisis akhir ujaran ledong dise empo mbate dise ame.  Ujaran tersebut, persentase raw waveform mencapai 0:5,9393 atau R : 0,0% (-13) serta intensitasnya mencapai 0:0,7137 atau L : 0:0%(7). Sedangkan frekuensi  row pitch  mencapai 0:5,2507 dan  frekuensi auto pitch mencapai 0:1,4023 Hz. Lalu, durasi segmen fonetik vokal [o], dan [a] lebih panjang daripada vokal lainnya.
Durasi
 Durasi konsonan plosif tidak bersuara [p], plosif bersuara [d] dan frikatif tidak bersuara [s], serta konsonan nasal [ŋ] lebih panjang durasinya daripada konsonan yang lain. Ikwal ini dapat dilihat pada deskripsi fonetis di atas. Bunyi [d] dalam bahasa Manggarai cenderung berbunyi aspirat [dh] sehingga agak panjang durasinya.
Intensitas
Pada figur 3 secara fonetis dideskripsikan bahwa grafik intensitas vokal jauh lebih tinggi daripada intensitas konsonan.  Dalam ujaran tersebut hanya sebagian vokal yang grafik intensitasnya lebih tinggi, misalnya intensitas vokal [o] dan [a] dalam figure 3 tersebut,  sedangkan vokal lain seperti [i], [e] fluktuasi intensitasnya cukup rendah. Jadi secara intrinsik vokal mengalami tingkat fluktuasi intensitas yang berbeda.


d.      Waveform, spectrogram
Figur 4
Ujaran ledong dise empo mbate dise ame secara fonetis menunjukkan persentase raw waveform mencapai 0:0,0745 Hz atau R: -0,0% (-13) dan spectrogram mencapai 0:3,8585 Hz atau L: 0,0%(15).



III.       Penutup
Secara fonetis, ledong dise empo mbate dise ame intensitas vokalnya jauh lebih tinggi daripada intensitas konsonan. Intensitas vokal  [o] pada grafik selama kata  ledoŋ, empo, mencapai 180 Hz. Vokal [o] merupakan FO maksimum jika dibandingkan dengan vokal lainnya, dan intensitas konsonan. Perbedaan kecepatan putaran gelombang (FO) di antara vokal [o] dipengaruhi oleh bunyi plosif bersuara [d] dan konsonan plosif tidak bersuara [p].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar