I. Pendahuluan
Fonetik merupakan ilmu yang mempelajari tentang
ujaran. Kajian fonetik meliputi tiga hal penting yakni Pertama, fonetik artikulasi. Fonetik akustik
mempelajari tentang ujaran dari sudut pandang pembicara (bagaimana bunyi itu
dihasilkan). Hal-hal yang menjadi pusat perhatian dalam fonetik akustik di
antaranya kecepatan getaran vokal, waktu (time),
dan gerakan-gerakan fisik. Kedua, fonetik akustik. Fonetik akustik mempelajari mempelajari tentang
bagaimana ujaran melintasi udara dalam bentuk gelombang udara.Ada tiga hal yang
perlu diperhatikan dalam fonetik auditor di antaranya Frekuensi Fundamental (FO), durasi, dan
intensitas (amplitudo). Ketiga, fonetik auditor. Fonetik auditor mempelajari tentang bagaimana ujaran
dari sudut pandang pendengar atau bagaimana bunyi dirasakan oleh pendengar. Ada
tiga hal yang dikaji yakni titi nada (pitch),
panjang nada, dan kelantangan.
Dalam kaitan dengan itu, tulisan ini penulis mencoba
menganalisis sebuah kalimat tuturan adat Manggarai yakni ledong dise empo mbate dise ame dengan menggunakan speech analyzer. Hal yang menjadi
menarik dalam kalimat ini adalah pertautan bunyi vokal [o] pada ledong
dise empo, dan bunyi vokal [e] pada mbate dise ame. Ini sebuah paralelisme yang menarik. Kalimat ini sering digunakan sebagai kalimat
pembuka tuturan adat penerimaan orang yang dihormati oleh tua-tua adat di
Manggarai. Tujuan analisis fonetik ini untuk mengetahui 1) waveform, 2)Waveform dan Auto picth, 3) Wave,
row, intensity, auto pitch, 4) Waveform, spectrogram
II.
Pembahasan
Kalimat Ledong dise empo mbate dise ame akan
dianalisis waveform, waveform dan auto
pitch, dan wave, row, intensity, auto pitch, serta Waveform, spectrogram. Ikwal ini akan
dideskripsikan sebagai berikut.
a. Waveform dan Auto picth
Figure 1
Grafik FO merekam kecepatan ujaran
digambarkan pada beberapa parameter akustik. Misalnya pada grafik gelombang
ujaran, kita dapat mengidentifikasi putaran gelombang dan menentukan berapa
banyak waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan satu putaran. Grafik FO merekam kecepatan putaran gelombang
ujaran dalam satu tahapan waktu secara terus-menerus. Waktu yang diperlukan
digambarkan sepanjang poros horizontal, sedangkan kecepatan putaran gelombang
ujaran digambarkan sepanjang gelombang
vertikal. Pada contoh di atas, grafik
yang ditampilkan adalah ujaran ledong
dise empo mbate dise ame. Bentuk gelombang ujaran ditunjukan oleh grafik
bagian atas, dan grafik FO atau kecepatan putaran gelombang ditunjukkan oleh
grafik pada bagian bawah. FO maksimum pada grafik selama kata
ledoŋ, empo, adalah 180
Hz, dan frekuensi minimum adalah 105 Hz
pada akhir jejak FO. Ada terjadi interupsi pada jejak FO yang muncul selama
konsonan frikatif [s], dan vokal [e] Ini
berarti bahwa frikatif [s] dan vokal [e]
tidak bergabung dengan getaran nada dan gelombang periodik. Tuturan Ledong dise empo mbate dise ame yang
dideskripsikan secara fonetis di atas menunjukkan bahwa pesentase bentuk
gelombang bunyi (raw waveform) yakni 0:4,3988Hz
atau L :0,0% (7) perdetik dan frekuensi
titi nada (auto pitch) mencapai
0:1.2130Hz atau R:-0,0%(-2). Bunyi fonem vokal /o/ pada ujaran ledoŋ mempunyai kecepatan putaran
gelombang bunyi yang cukup tinggi, jika dibandingkan dengan bunyi vokal /o/
pada empo. Ikwal ini terjadi karena
pada umumnya kecepatan putaran gelombang (FO) konsonan bersuara jauh lebih tinggi jika dibandingkan
dengan konsonan tidak bersuara. Misalnya,
FO vokal /o/ yang didahului bunyi plosif bersuara /d/ mempunyai kecepatan putaran gelombang yang cukup tinggi yakni 180Hz, sedangkan FO
vokal /o/ yang didahului bunyi plosif tidak bersuara /p/ mempunyai kecepatan putaran gelombang agak
rendah yakni grafik FO 165Hz. Hal ini
dapat dilihat dari waktu yang diperlukan pada poros horizontal vokal /o/ pada
kata ledong mencapai L: 5,0 % (1632)
dan R: -1,4% (-467) perdetik dan vokal /o/ pada kata empo mencapai L: 2,6% (849) dan R: -0,6% (-191) perdetik.
b. Waveform
Figure
2
Grafik FO merekam kecepatan ujaran
digambarkan pada beberapa parameter akustik. Misalnya pada grafik gelombang
ujaran, kita dapat mengidentifikasi putaran gelombang dan menentukan berapa
banyak waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan satu putaran. Grafik FO merekam kecepatan putaran gelombang
ujaran dalam satu tahapan waktu secara terus-menerus. Waktu yang diperlukan
digambarkan sepanjang poros horizontal, sedangkan kecepatan putaran gelombang
ujaran digambarkan sepanjang gelombang
vertikal. Pada contoh di atas, grafik
yang ditampilkan adalah ujaran ledong
dise empo mbate dise ame. Bentuk gelombang ujaran ditunjukkan seperti yang
tunjukkan pada grafik di atas. Persentase gelombang bunyi (raw waveform) 0:6,6221 atau R: -0,0% (-13) perdetik.
c. Wave,
row, intensity, auto pitch
Figure
3
Grafik FO (kecepatan putaran gelombang) yang masih kasar seperti pada
figure 3 di atas. Figure pertama merupakan analisis FO yang masih kasar
sedangkan bagian bawahnya merupakan analisis akhir ujaran ledong dise empo mbate dise ame. Ujaran tersebut, persentase raw waveform mencapai 0:5,9393 atau R :
0,0% (-13) serta intensitasnya mencapai 0:0,7137 atau L : 0:0%(7). Sedangkan
frekuensi row pitch mencapai 0:5,2507 dan
frekuensi auto pitch mencapai 0:1,4023 Hz. Lalu, durasi segmen fonetik vokal
[o], dan [a] lebih panjang daripada vokal lainnya.
Durasi
Durasi konsonan plosif tidak
bersuara [p], plosif bersuara [d] dan frikatif tidak bersuara [s], serta konsonan
nasal [ŋ] lebih panjang durasinya daripada konsonan yang lain. Ikwal ini dapat
dilihat pada deskripsi fonetis di atas. Bunyi [d] dalam bahasa Manggarai
cenderung berbunyi aspirat [dh] sehingga agak panjang durasinya.
Intensitas
Pada figur 3 secara fonetis
dideskripsikan bahwa grafik intensitas vokal jauh lebih tinggi daripada
intensitas konsonan. Dalam ujaran
tersebut hanya sebagian vokal yang grafik intensitasnya lebih tinggi, misalnya intensitas
vokal [o] dan [a] dalam figure 3 tersebut, sedangkan vokal lain seperti [i], [e] fluktuasi
intensitasnya cukup rendah. Jadi secara intrinsik vokal mengalami tingkat
fluktuasi intensitas yang berbeda.
d. Waveform,
spectrogram
Figur 4
Ujaran
ledong dise empo mbate dise ame
secara fonetis menunjukkan persentase raw
waveform mencapai 0:0,0745 Hz atau R: -0,0% (-13) dan spectrogram mencapai 0:3,8585 Hz atau L: 0,0%(15).
III.
Penutup
Secara fonetis, ledong dise empo mbate dise
ame intensitas vokalnya jauh lebih tinggi daripada intensitas konsonan. Intensitas
vokal [o] pada grafik selama kata ledoŋ,
empo, mencapai 180 Hz. Vokal [o] merupakan FO maksimum jika dibandingkan
dengan vokal lainnya, dan intensitas konsonan. Perbedaan kecepatan putaran
gelombang (FO) di antara vokal [o] dipengaruhi oleh bunyi plosif bersuara [d]
dan konsonan plosif tidak bersuara [p].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar