A.
Pendahuluan
Fokus kajian
tentang kalimat dalam tulisan ini ada empat hal pokok, yakni 1)
mengidentifikasi kalimat yang
berkonstruksi V PP, 2) mengidentifikasi kalimat yang
berkonstruksi V NP PP, 3) mengubah
kalimat berkonstruksi V PP menjadi V NP, 4) mengubah kalimat yang
berkonstruksi V NP PP menjadi V NP NP.
Kajian ini
bertujuan untuk (1) mengetahui apakah kalimat dalam bahasa Indonesia memiliki
struktur V PP, (2) mengetahui apakah struktur V PP dapat diadvancement menjadi V NP,
dan (3) mengetahui apakah struktur V NP PP dapat diadvancement menjadi V NP
NP. Data yang dianalisis dalam tulisan
ini adalah kalimat yang dihimpun dari sebuah novel berjudul Kaleidoscope oleh Danielle Stell tahun 2000.
Dari hasil
kajian ini dapat digarisbawahi bahwa yang menjadi struktur dasar (basic structure) kalimat dalam Bahasa
Indonesia, adalah V PP, dan V NP PP.
Stuktur V PP sebagai dasar pembentukan
V NP, dan struktur V NP PP sebagai dasar pembentukan V NP NP. Dari kalimat yang dihimpun, sebagian PP tidak
dapat diadvancement menjadi NP.
B. Batasan
Verba
Menurut Alwi,
dkk. (2003:88), Ciri-ciri verba dapat
diketahui dengan mengamati (1) peran semantis, (2) perilaku sintaksis, dan (3)
bentuk morfologisnya. Verba dari segi perilaku semantisnya, dapat dibagi menjadi
tiga yakni 1) verba perbuatan (aksi) misalnya lari, belajar, membelikan, memukuli 2) verba proses misalnya meledak, meninggal, mengering, 3) verba keadaan misalnya : mati, suka. Sedangkan verba dari segi perilaku sintaksis,
berkaitan erat dengan makna dan sifat ketransitifan verba. Ketransitifan verba
ditentukan oleh dua faktor yakni (1)
adanya nomina yang berdiri di belakang verba yang berfungsi sebagai objek dalam
kalimat aktif. (2) kemungkinan objek itu berfungsi sebagai subjek dalam kalimat
pasif.
Alwi, dkk.
(2003:162) juga menambahkan verba
merupakan unsur yang sangat penting dalam kalimat karena dalam kebanyakan hal
verba berpengaruh besar terhadap unsur-unsur lain yang harus atau boleh ada
dalam kalimat tersebut. Pada dasarnya verba terdiri atas verba transitif dan
verba intransitif. Verba transitif adalah verba yang memerlukan nomina sebagai objek
dalam kalimat aktif, dan objek itu dapat berfungsi sebagai subjek dalam kalimat
pasif. Verba transitif dibagi tiga bagian, yakni (1) verba
ekatransitif, yakni verba yang diikuti oleh satu objek. (2) verba dwitransitif yakni verba
yang dalam kalimat aktif dapat diikuti oleh dua nomina, satu sebagai objek, dan
satunya lagi sebagai pelengkap. (3) verba
semitransitif, yakni verba yang objeknya boleh ada boleh juga tidak.
Sedangkan verba intransitif, adalah
verba yang tidak memiliki nomina di belakangnya yang dapat berfungsi sebagai
subjek dalam kalimat pasif. Jika
ditinjau dari segi fungsinya, verba (maupun frasa verbal) terutama menduduki
fungsi predikat. Walaupun demikian, verba dapat pula menduduki fungsi lain
seperti subjek, objek, pelengkap dan keterangan.
Secara
semantis Verba berperan sangat penting dalam mengontrol jumlah argumen yang
dibutuhkan oleh verba itu sendiri. Misalnya verba berlari bervalensi sintaksis yang lebih rendah daripada melarikan. Verba berlari hanya dapat mengikat satu argumen sebagai agen.
Contoh: Andi berlari menuju rumah.
Argumen yang butuhkan oleh verba adalah Andi yang berfungsi sebagai agen.
Sedangkan melarikan mampu mengikat dua atau lebih argumen. Contoh:
Andi melarikan adiknya ke rumah paman.
Verba melarikan memerlukan dua
argumen yakni Andi sebagai argumen
pertama yang berfungsi sebagai agen, dan adiknya
sebagai argumen kedua yang berfungsi sebagai objek. Acuan konsep verba yang digunakan dalam
tulisan ini adalah Verba menurut Alwi, dkk. (2003). Alwi, dkk menjelaskan bahwa
verba merupakan unsur yang paling
penting dalam kalimat karena dalam kebanyakan hal verba berpengaruh besar
terhadap unsur-unsur lain yang harus atau boleh ada dalam kalimat tersebut.
Unsur-unsur kalimat yang dimaksud adalah
agen, dan objek ( pasien ) yang
dikontrol/diikat oleh verba itu sendiri. Oleh karena itu,
berbicara tentang objek tidak dapat
dipisahkan dari fungsi verba.
C. Landasan Teori
Teori yang digunakan dalam kajian ini adalah teori Relational Grammer menurut Barry J.
Blake. Teori RG membicarakan empat hal pokok, yakni (1)
struktur Subjek, Direct Object, Indirect Object dan Oblique yang berkonstruksi V NP, dan V NP PP serta V NP NP.
Dalam hal ini, apakah di belakang verba terdiri atas satu NP, atau NP
NP. Apakah satu NP di belakang verba berfungsi sebagai objek secara semantis, ataukah dua NP di belakang verba berfungsi
sebagai objek atau salah satunya sebagai objek dan satunya lagi sebagai
pelengkap. (2) revaluation. Revaluation terdiri
atas tiga proses yakni advancement, demotion, dan retreat. (3) Universal Alignment
Hypothesis (UAH) dan (4) Multi Strata. Mekanisme kerja multi strata tersebut mencakupi
advancement, demotion, dan retreat.
Secara sintaksis, mengenal tiga struktur
klausa/kalimat yakni struktur argumen, struktur sintaksis, dan struktur
informasi. Struktur argumen dalam sebuah kalimat lebih berfokus pada berapa
jumlah argumen yang diperlukan verba untuk membentuk struktur verba. Sebab
verba intransitif valensi sintaksisnya lebih rendah daripada verba transitif.
Hal ini terjadi karena verba intransitif hanya mampu mengikat satu argumen
sedangkan verba transitif yang dikenakan afiks me-N, me-kan dan me-i dapat mengikat dua atau lebih
argumen. Sedangkan struktur sintaksis berbicara tentang pola urutan konstituen S P O serta merealisasikannya. Konstituen
kalimat terdiri atas dua struktur yakni 1) struktur kategori berupa NP atau PP, dan 2) struktur alternasi (alternation structure) berupa revaluasi dengan cara mengetes objek
dalam bentuk pasif melalui advancement, demotion dan retreat. Struktur alternasi bertujuan
untuk mengetahui struktur dasar dan struktur derivasi dalam sebuah kalimat.
Melalui pengetasan ini kita dapat mengetahui apakah NP yang berada di belakang
verba merupakan berfungsi sebagai objek atau sebagai pelengkap saja. Hal ini
perlu dilakukan karena ada dua asumsi dasar bahwa 1) V NP NP sebagai struktur dasar (based structure) sedangkan V NP PP
sebagai struktur derivasi (derived
structure), dan 2) V NP PP sebagai
struktur derivasi (derived structure)
sedangkan V NP PP sebagai struktur dasar (basic
structure). Menurut teori RG ,
V NP PP sebagai struktur dasar (basic structure) sedangkan V NP NP merupakan struktur derivasi (derived structure). Teori RG sangat
relevan dengan struktur Bahasa Indonesia. Oleh karena itu, kajian ini sangat
relevan dengan teori RG. Sebab data kalimat yang temukan penulis dari sebuah novel yang
berjudul Kaleidoscope karya Danielle Steel berstruktur dasar V PP,
V NP PP dan tidak ditemukan struktur
dasar berkonstruksi V NP NP. Dengan demikian penulis dapat
menyimpulkan bahwa dalam bahasa Indonesia
V PP, dan V NP PP sebagai
struktur dasar (based structure) sedangkan V NP NP merupakan struktur derivasi (derived structure).
D.
Data
Kalimat berkategori V PP
dan V NP NP
- Kalimat
yang berkategori V PP
a)
Preposisi
di
Contoh :
1. Artur berdiri di
tepi jalan (Hal 39)
N V PP
2. Ia berhenti di
sebuah kafe kecil (Hal 43)
N
V PP
3. Hilari
berdiri canggung di samping pesawat televisi
(Hal 132)
N VP PP
4. Dia berbaring di tempat
tidur (Hal 139)
N V PP
Kalimat
di atas merupakan kalimat yang berstruktur
V PP. Kalimat (1) sampai dengan
(4) dimarkahi oleh afiks ber- pada
verba (V) dan menggunakan preposisi di pada PP. Verba berdiri, berhenti, dan berbaring
pada kalimat tersebut merupakan verba intransitif. Berdiri,
berhenti dan berlari merupakan verba yang tingkat valensi sintaksisnya lebih
rendah daripada melarikan, memberhentikan atau membaringkan. Karena verba berdiri,
berhenti
dan berbaring, memerlukan hanya satu argumen yang berperan
sebagai agen. PP di tepi jalan dan di samping
pesawat televisi dapat dilakukan advancement
menjadi NP tepi
jalan, dan samping pesawat televisi.
Karena
tepi, dan samping merupakan bagian dari NP tepi jalan, dan samping
pesawat televisi, dan bukan frase gabungan di tepi dan di samping asalkan nomina pertama mempunyai ciri lokatif. Suatu
preposisi dapat bergabung dengan dua nomina asalkan nomina yang pertama
mempunyai ciri lokatif (Alwi, dkk. 2003:291). Sedangkan pada kalimat (2) dan
(4) di atas, PP di sebuah kafe kecil, dan
di tempat tidur tidak dapat dilakukan advancement karena hanya ada satu
nomina di belakang preposisi di.
Apabila preposisi tersebut ditambah satu nomina seperti di depan sebuah kafe kecil dan di
atas tempat tidur maka PP dapat
dilakukan advancement, misalnya depan sebuah kafe kecil dan atas tempat tidur. Tetapi NP hasil advancement tersebut berfungsi sebagai pelengkap, bukan sebagai
objek yang dapat dipasifkan. Walaupun objek dan pelengkap berupa NP dan berada
langsung di belakang verba. Bentuk advancement kalimat (1) dan (3) dapat
dilihat pada kalimat (5) dan (6) berikut ini.
5.
Artur berdiri
tepi jalan
N
V NP
6. Hilari
berdiri canggung samping
pesawat televisi
N VP NP
b)
Preposisi
ke
Contoh :
7. Dia menatap ke langit
(Hal 179)
N
V PP
8. Georgine menyelinap ke tempat
tidurnya (Hal 181)
N V PP
9. Hilari membalik ke arahnya
(Hal 184)
N V PP
10. Dia berjalan kembali ke hotelnya setelah kejadian itu (Hal 194)
N VP PP Ket
Kalimat di atas berkonstruksi V PP. Kalimat (7), (8), (9) dimarkahi afiks me-
dan kalimat (10)
dimarkahi afiks ber- pada
verba (V) dan menggunakan preposisi ke pada PP.
Verba menatap, menyelinap, membalik merupakan
verba semitransitif karena objeknya boleh ada boleh juga tidak atau objeknya
manasuka. Verba menatap menyelinap, dan
membalik merupakan verba yang memerlukan lebih dari
satu argumen. Sedangkan verba berjalan
merupakan verba intransitif yang hanya memerlukan satu argumen sebagai agen. PP ke tempat tidurnya, ke arahnya, dan ke hotel pada kalimat tersebut di atas tidak
dapat dilakukan advancement menjadi
NP tempat tidurnya, arahnya, dan hotel. Kecuali verba menatap pada kalimat (7). Bentuk advancement
kalimat (7) seperti pada kalimat (11) berikut ini.
11. Dia menatap langit
N
V NP
c)
Preposisi
dari
Contoh :
12. Dia mengangguk tersadar dari
lamunannya (Hal 15)
N VP PP
13. Dia sudah belajar banyak dari
wawancara pertama (Hal 193)
VP PP
Kalimat di atas merupakan
kalimat yang berstruktur V PP. Kalimat (12)
dan (13) dimarkahi afiks meng- dan ber- pada verba (V) dan menggunakan preposisi dari. PP dari
lamunannya, tidak dapat di-advancement
menjadi NP karena verba mengangguk merupakan verba semitransitif yang tak
berpelengkap. Sedangkan PP dari wawancara
pertama dapat dilakukan advancement
menjadi NP karena verba belajar merupakan
verba intransitif berpelengkap manasuka. Verba belajar tingkat valensi
sintaksisnya lebih rendah daripada membelajarkan. Karena verba belajar hanya mampu mengikat satu
argumen saja. Walaupun PP di-advancement menjadi
NP tetapi bukan berperan sebagai objek melainkan Pelengkap. Bentuk advancement kalimat (13) adalah sebagai
berikut.
Dia sudah belajar banyak wawancara pertama
NP VP NP
d)
Preposisi
dengan
Contoh
:
14. Kita bertemu dengan
Chapman kemarin (Hal 51)
N V PP N
15. Hilari menatap dengan
sorot tak percaya (Hal 131)
N VP PP
16. Hilari melangkah dengan
tenang (Hal 170)
N V PP
Kalimat di atas
merupakan kalimat yang berstruktur V
PP. Kalimat (14) berafiks ber-,
dan kalimat (15) dan (16) berafiks men-
pada VP dan menggunakan preposisi dengan
pada PP. PP dengannya, dengan sorot tak
percaya dan dengan tenang dapat
dilakukan advancement menjadi NP. Walaupun
demikian, verba menatap, melangkah merupakan verba
semitransitif yang valensi sintaksisnya
memerlukan dua argumen. Sedangkan
verba bertemu adalah verba
intransitif yang berpelengkap manasuka hanya memerlukan satu argument saja.
Misalnya pada contoh kalimat (17), (18) dan (19) berikut ini.
17. Kita bertemu Chapman kemarin
N V N
N
18. Hilari menatap sorot
tak percaya
N VP NP
19. Hilari melangkah tenang
N V NP
e)
Preposisi
pada
Contoh :
20. Ia bertanya pada Sam
(Hal 46)
N
V PP
21. Eillen tidak bicara pada
mereka sama sekali (Hal 141)
N VP PP
22. Hilari begitu banyak mengingatkan pada anak
perempuannya sendiri (167)
N VP PP
Kalimat di atas
merupakan kalimat yang berstruktur V PP. Kalimat (20) berafiks ber-, dan kalimat
(21) berafiks me-kan serta V dalam bentuk invinitif. Preposisi yang digunakan adalah preposisi pada. Verba mengingatkan
merupakan verba semitransitif yang tingkat valensi sintaksisnya lebih
tinggi karena dapat mengikat tiga argumen misalnya: Hillary sebagai argumen 1, -nya (sesuatu yang diingatkan) sebagai argument 2 dan anak perempuannya
sendiri sebagai argumen 3. Sedangkan verba bertanya dan bicara merupakan verba intransitif yang valensi sintaksis lebih rendah karena hanya
hanya mampu mengikat satu argumen sebagai agen, dan yang lainnya pelengkap. PP pada Sam, pada mereka sama sekali, dan pada anak perempuannya sendiri dapat
dilakukan advancement menjadi NP.
Misalnya pada contoh kalimat (23) (24), dan (25) berikut ini.
23. Ia bertanya Sam
N
V NP
24. Eillen tidak bicara mereka sama sekali
N
VP NP
25. Hilari begitu banyak mengingatkannya anak perempuannya sendiri
N VP NP
f)
Preposisi
kepada
Contoh :
26. Artur berbisik kepada
Solange (Hal 61)
N V PP
27. Dia jarang berbicara kepada
mereka (Hal 140)
N VP PP
28. Dia menoleh kepada
Hilari (Hal 180)
N V PP
29. Dia memandang kepada
Hilari (Hal 204)
N V NP
Kalimat di atas
merupakan kalimat yang berstruktur V
PP. Kalimat (26), (27) berafiks ber-, dan
kalimat (28), (29) berafiks men- pada
Verba (V) serta menggunakan preposisi kepada
pada PP. Verba berbisik tergolong verba intransitif tak berpelengkap sehingga PP
tidak dapat di-advancement menjadi
NP. Sedangkan PP pada verba berbicara dapat dilakukan
advancement menjadi NP karena tergolong
verba intransitif yang berpelengkap. Berbeda dengan verba menoleh dan memandang
tergolong verba semitransitif. Sehingga PP dapat berubah menjadi NP dan
berperan sebagai objek yang dapat dipasifkan. Pada verba menoleh dan memandang dalam
kalimat (28) dan (29) tersebut, PP kepadanya, kepada mereka, dan kepada Hillary dapat dilakukan advancement menjadi NP. Bentuk advancement
kalimat (28) dan (29) dapat dilihat pada kalimat (30) dan (31) berikut ini.
30. Dia menoleh Hilari
N V
NP
31. Dia memandang Hilari
N V NP
g)
Preposisi
agar
Contoh :
32. Aku berdoa
agar sehat selalu (Hal 140)
N
VP PP
33. Abrams tetap berusaha agar menikah (Hal 344)
N V PP
Kalimat di atas
merupakan kalimat yang berstruktur V
PP. Kalimat (32) dan (33) berafiks ber- dan menggunakan preposisi agar
pada PP. Berdoa dan berusaha merupakan
verba intransitif manasuka. Verba
tersebut bervalensi sintaksisnya lebih rendah daripada mendoakan, dan mengusahakan. Karena
verbanya hanya mampu mengikat satu argument. Sedangkan mendoakan, dan mengusahakan
dapat mengikat lebih dari dua argumen. PP agar
sehat selalu, dan agar menikah dapat dilakukan advancement menjadi NP kamu
sehat dan kita menikah dalam konstruksi
V NP. Tetapi NP hasil advancement berfungsi sebagai pelengkap,
bukan sebagai objek. Walaupun berada langsung di belakang verba. Bentuk advancement kalimat (32) dan (33) dapat dilihat pada
kalimat (34) dan (35) berikut ini.
34. Aku berdoa
sehat selalu
N
VP NP
35. Saya tetap berusaha menikah
N V N
h)
Preposisi
untuk
Contoh
:
36.
Saya datang
untuk menemui Mr.
Paterson (Hal 196)
N
V PP
37.
Aku tidak berniat untuk
duduk bersamamu (Hal 201)
N VP PP
Kalimat
di atas merupakan kalimat yang berstruktur V PP. Kalimat (36) tidak dimarkahi afiks pada verba
(V) sedangkan kalimat (37) dimarkahi afiks ber- dan menggunakan preposisi untuk pada PP. Verba datang dan
berniat merupakan verba intransitif
berpelengkap. PP untuk menemui Mr. Paterson dan
untuk duduk bersamamu dapat dilakukan
advancement menjadi NP dalam konstruksi V NP. NP yang di-adavancement
berfungsi sebagai pelengkap, bukan sebagai objek walaupun berada langsung di
belakang verba. Kedua verba tersebut bervalensi sintaksis rendah karena hanya
mengikat satu argumen sebagai agen misalnya: saya dan Aku. Bentuk
advancement kalimat (36) (37) dapat dilihat pada kalimat (38) dan (39)
berikut ini.
38.
Saya datang menemui Mr. Paterson
N
V NP
39.
Aku tidak berniat duduk bersamamu
N VP NP
E.
Kalimat
kategori V NP PP
2. Kalimat yang berstruktur V NP PP
i)
Preposisi
di
Contoh:
40. Eillen menghempaskan diri
di sofa (Hal
132)
N
V N PP
41. Dia
meletakkan alas darurat di
ranjang bayi (Hal 133)
N
V NP PP
42. Dia memimpikan hal itu di malam
hari (Hal 157)
N V NP PP
43. Hilari sering merenungkan hal itu di larut
malam (Hal 173)
N VP NP PP
44. Hillary
mengempaskan barang tersebut di meja Bill (268)
N V NP PP
45. Jack membanting pintu
di belakangnya
(Hal 170)
N V N PP
Kalimat
di atas merupakan kalimat yang berstruktur
V NP PP. Kalimat (40), (41),
(42), (43), (44) berafiks me-kan dan
kalimat (45) berafiks me- pada verba
(V). Kalimat (40) sampai dengan (45) menggunakan preposisi di pada PP. Verba menghempaskan,
meletakan, memimpikan, merenungkan, dan membanting
pada kalimat tersebut, merupakan verba ekatransitif karena verba tersebut memerlukan sebuah
objek. Kelima verba tersebut bervalensi
sintaksis lebih tinggi karena mampu mengikat dua argumen. PP di sofa, di ranjang bayi, dan di belakangnya dalam kalimat tersebut tidak dapat
dilakukan advancement menjadi NP NP
dalam konstruksi V NP NP kecuali PP di
malam hari, di larut malam, di meja Bill. NP hasil advancement tersebut berfungsi sebagai pelengkap bukan objek
walaupun berada langsung di belakang verba. Sedangkan PP di
sofa, di ranjang bayi, dan di
belakangnya tidak dapat di-advancement
karena hanya memiliki satu NP di
belakang preposisi di. Kecuali PP
memiliki dua nomina dan nomina pertama berciri lokatif. Misalnya : PP atas sofa, atas ranjang, meja Bill dan bagian belakangnya. Bentuk advancement dari kalimat (42) (43) dan
(44) dapat dilihat berikut ini.
Dia memimpikan hal itu malam
hari
N
V NP NP
Hilari sering merenungkan hal itu
larut malam
N VP NP NP
Hillary mengempaskan meja Bill barang tersebut
NP V NP NP
j)
Preposisi
ke-
Contoh:
1. Solangi menemani sam
ke pelajaran akting (67)
N
V
N PP
2. Solangi melempar koran itu ke
tempat cuci piring (87)
N V NP PP
3. Sam memalingkan wajahnya ke
arah Artur (Hal 102)
N V NP PP
4. Ia melemparkan topi bajanya ke
udara (Hal 61)
N
V NP PP
5. Ia
menjatuhkan dirinya ke
sebuah kursi (Hal 108)
N V NP PP
Kalimat di atas merupakan kalimat yang
berstruktur V NP PP. Kalimat (46) berafiks
me-i
dan kalimat (47) berafiks me- serta kalimat (48), serta kalimat
(48), (49) dan (50) pada Verba (V).
Kalimat (46) sampai dengan (50) menggunakan preposisi ke pada PP.
Menemani, melempar, melemparkan,
memalingkan, dan menjatuhkan pada
kalimat tersebut merupakan verba ekatransitif
karena dapat mengikat dua argumen. PP ke
pelajaran akting pada kalimat (46) dan (48) dapat dilakukan advancement menjadi NP dalam konstruksi
V NP NP. Sedangkan PP ke pada kalimat
(47) (49) (50) tidak dapat dilakukan advancement
menjadi NP karena PP hanya mempunyai satu nomina di belakang preposisi ke. Jika PP memiliki dua nomina di
belakang preposisi maka, PP dapat di-advancement.
Misalnya : atas tempat cuci piring,
atas udara dan atas sebuah kursi. Bentuk
advancement konstruksi kalimat (46)
dapat dilihat pada kalimat (51) berikut ini.
6. Solangi menemani pelajaran akting Sam
N V NP NP
Ia
memalingkan arah Arthur wajahnya
N V NP NP
k) Preposisi dari-
Contoh:
7. Hilari menatapnya penuh kecurigaan dari
balik wajah sekeras baja (Hal 188)
N VP NP PP
8. Jhon melambaikan tangannya dari
dalam taksi (357)
N V NP PP
9. Dia akan meramalkan keadaan cuaca dari
rasa nyeri pada kakinya (357)
N VP NP PP
10. Alexandra melepaskan diri dari
ibunya (374)
N V N PP
11. Jhon mengeluarkan berkas-berkas dari tasnya (390)
N V N PP
12. Dia mau melempar Jhon
dari ruang kerjanya
(428)
N VP N PP
Kalimat
di atas merupakan kalimat yang berstruktur V NP PP. Kalimat (52) dan (57)
dimarkahi afiks me- dan kalimat (53), (54), (55), (56)
dimarkahi afiks me-kan pada verba
(V). Kalimat (52) sampai dengan (56) menggunakan
preposisi dari pada PP. Verba menatap, merupakan verba semitransitif,
sedangkan verba melambaikan, meramalkan, melepaskan,
mengeluarkan dan melempar pada kalimat tersebut merupakan
verba ekatransitif. PP dari dalam taksi pada kalimat (53) dapat
dilakukan advancement menjadi NP dalam
taksi karena memiliki dua nomina
yang berciri lokatif di belakang preposisi dari.
Sedangkan kalimat (52) (54), (55) dan (56) tidak dapat di-advancement karena hanya
memiliki satu nomina di belakang preposisi dari.
Jhon melambaikan tangannya dalam taksi (357)
N V NP PP
l)
Preposisi
kepada
Contoh:
13. Hilari menyerahkan tiga sen kepada
Eillen (Hal 135)
N V NP PP
14. Eillen melemparkan kembali uang itu kepada
Hillari (Hal 135)
N VP NP PP
15. Dia mengemukakan masalah itu kepada
Majorie sekali lagi (Hal 144)
N V NP PP
16. Hilari tidak pernah menyebutkan hal itu kepada
artur (Hal 157)
N VP NP PP
17. Dia menyerahkan daftar kepada
Eillen (Hal 221)
N V N PP
18. Ia menawarkan rokok itu kepada
teman barunya (Hal 16)
N VP NP PP
Kalimat
di atas merupakan kalimat yang berstruktur V NP PP. Kalimat (58) sampai dengan
(63) dimarkahi afiks me-kan pada
verba (V) dan menggunakan preposisi kepada
pada PP. Verba menyerahkan, melemparkan, mengemukakan, menyebutkan, menyerahkan, dan
menawarkan pada kalimat tersebut,
merupakan verba dwitransitif karena verba dapat diikuti oleh dua nomina, satu
sebagai objek dan satunya lagi sebagai pelengkap. Verba tersebut bervalensi
sintaksisnya lebih tinggi karena mampu mengikat lebih dari dua argumen. PP kepadanya,
kepada Majorie, kepada Artur, dan kepada
teman barunya dapat dilakukan advancement
menjadi NP. Bentuk advancement kalimat tersebut dapat dilihat pada kalimat (64) sampai
(69) berikut berikut ini.
19. Hilari menyerahkan Eillen tiga sen
N
VP NP NP
20. Eillen melemparkan kembali Hillari uang itu
N VP NP NP
21. Dia mengemukakan Majorie sekali lagi masalah itu
N V NP NP
22. Hilari tidak pernah menyebutkan artur
hal itu
N VP NP
NP
23. Dia menyerahkan Eillen
daftar
N VP NP
NP
24. Ia menawarkan teman barunya rokok itu
N VP NP NP
m)
Preposisi
dengan
Contoh :
25. Ia menyodorkan kaleng yang menyedihkan itu dengan
gemulai (Hal 23)
N V NP PP
26. Ia merentangkan kedua tangan dengan
telapak tangan ke atas (Hal 41)
N V NP PP
27. Sam menggelengkan kepalanya dengan
tegas (Hal 99)
N V NP PP
28. Hilari mendengar keterangan
itu dengan gemetaran (Hal 137)
N V NP PP
29. Dia sendiri memakai gaun merah dengan
celemek kecil (Hal 140)
NP V NP PP
30. Alexandra mengamati ibunya
dengan bersungguh-sungguh
(368) -
N V NP PP
31. Saya perlu membicarakan masalah ini dengan
suami saya (429)-
N VP NP PP
32. Ia mengulangi pertanyaannya dengan
suara serak yang ramah (Hal 44)
N V NP PP
Kalimat
di atas merupakan kalimat yang berstruktur V NP PP. Kalimat yang berafiks me-kan terdapat pada kalimat (70), (71), (76) dan me-
pada kalimat (73), serta me-i terdapat
pada kalimat (74), (75), (77) pada verba (V). Kalimat (70) sampai dengan (77) menggunakan preposisi
dengan pada PP. Verba menyodorkan, merentangkan, menggelengkan dan
mengulangi merupakan verba
ekatransitif, dan mendengar merupakan
verba semitransitif sedangkan verba membicarakan,
memakai, dan mengamati merupakan verba dwitransitif karena verba dapat diikuti oleh dua nomina,
satunya sebagai objek dan satunya lagi sebagai pelengkap. PP dengan
pada kalimat (70), (72), (73), (74)
(77) tidak dapat dilakukan advancement
menjadi NP. Sedangkan verba mengamati,
dan membicarakan pada kalimat (75) dan (76), PP dengan bersungguh-sungguh dan dengan suami saya dapat dilakukan advancement menjadi NP dalam konstruksi V NP NP. Bentuk advancement kalimat (75) dan (76) dapat
dilihat pada kalimat (78) dan (79) berikut ini.
33. Alexandra mengamati bersungguh-sungguh ibunya
N V NP NP
34. Saya perlu membicarakan suami saya masalah ini
N VP NP NP
n)
Preposisi
pada
35. Ia menyukai segalanya pada
anak itu (Hal 23)
N
V NP PP
36. Dia tidak melihat meja itu pada
awalnya (Hal199)
N V NP PP
37. Chapman menceritakan apa yang diketahuinya padanya (Hal
391)
N V NP PP
Kalimat
di atas merupakan kalimat yang berstruktur V NP PP. Kalimat yang berafiks me-i
terdapat pada kalimat
(80), dan me-
pada kalimat (81), serta me-kan pada kalimat (82) pada
verba (V). Kalimat (80) sampai
dengan (82) menggunakan preposisi pada pada PP. Verba melihat
merupakan verba semitransitif karena nomina dibelakang verba manasuka,
sedangkan verba menyukai, dan menceritakan dalam kalimat tersebut
adalah verba dwitransitif. Verba melihat,
menyukai, dan menceritakan bervalensi lebih tinggi karena dapat mengikat lebih
dari dua argumen. PP pada anak itu, dan pada awalnya, serta padanya dapat dilakukan advancement
menjadi NP dalam konstruksi V NP NP. NP hasil advancement
berfungsi sebagai pelengkap, bukan sebagai objek. Bentuk advancement kalimat (80), (81) dan (82)
dapat dilihat pada kalimat (83), (84), (85) berikut ini.
38. Ia menyukai anak
itu segalanya
N
V NP NP
39. Dia tidak melihat awalnya meja itu
N V NP
NP
40. Chapman menceritakan padanya apa yang diketahuinya
N V NP NP
o)
Preposisi
untuk
41. Sam
membawa makanan untuk
Solangi (Hal 67)
N V
N PP
42. Dia akan melakukan segalanya untuk
mereka (Hal 139)
N VP NP PP
43. Ibunya membeli gaun itu untuk
Hillari (Hal 140)
NP V NP PP
44. Artur harus mencarikan pembela yang baik untuk Chapman (Hal 89)
N VP NP PP
Kalimat
di atas merupakan kalimat yang berstruktur V NP PP. Kalimat yang berafiks me- terdapat pada kalimat (86), (88) dan me-kan pada kalimat (87), (89) pada verba
(V). Kalimat (86) sampai dengan
(89) menggunakan preposisi untuk pada PP. Verba membawa, melakukan, membeli, merupakan
verba semitransitif, sedangkan verba mencarikan
merupakan verba dwitransitif. Keempat verba tersebut bervalensi sintaksis
yang lebih tinggi karena dapat mengikat lebih dari dua argumen. PP untuk Solange, untuk mereka, dan untuknya dapat dilakukan advancement menjadi NP dalam konstruksi
V NP NP. Tetapi NP hasil advancement
berfungsi sebagai pelengkap, bukan sebagai objek. Bentuk advancement kalimat tersebut
dapat dilihat pada kalimat (90) sampai dengan (93) berikut ini.
45. Sam
membawakan Solangi makanan.
N V NP
NP
46. Dia akan melakukan mereka
segalanya.
N VP NP NP
47. Ibunya membelikan Hillari gaun itu.
NP VP NP
48. Artur harus mencarikan Chapman
pembela yang baik.
N VP N NP
p)
Preposi agar
Contoh:
(99) Eillen menjaga mereka
agar tidak merengek (Hal 139)
N V N PP
Kalimat tersebut
merupakan kalimat yang berstruktur V N
PP. Kalimat (99) dimarkahi oleh afiks me- pada verba (V) dan
menggunakan preposisi agar pada PP. Verba menjaga, merupakan verba semitransitif. Verba menjaga
valensi sintaksisnya dapat mengikat
dua argumen. Akan tetapi, PP agar tidak meregek tidak dapat dilakukan
advancement menjadi NP dalam konstruksi V NP NP.
F.
Verba
Berkonstruksi V NP NP
Contoh
:
100. Mrs.
Archer menanyakan suaminya dalam perjalanan pulang (Hal 168)
NP V NP1 NP2
101. Hilari
mengemasi barang-barangnya dalam
satu koper (169)
N V NP1 NP2
102.
Mereka saling membelai tubuh masing-masing dalam
cahaya bulan (Hal 179)
N VP NP1 NP2
103. Hilary menatap mereka dalam cahaya remang-remang (178)
N V N1 NP2
Kalimat
di atas merupakan kalimat yang berstruktur V NP NP. Kalimat yang berafiks me-kan terdapat pada kalimat (100), dan me-i pada kalimat (101), (102) serta me- pada kalimat (103) pada verba (V).
Kalimat (100) sampai dengan (103) menggunakan preposisi dalam pada PP. Verba
menanyakan, membelai, dan mengemasi merupakan verba dwitransitif,
sedangkan menatap merupakan verba semitransitif.
NP2 dalam perjalanan pulang, dan dalam satu koper dapat dilakukan advancement menjadi NP1 dalam konstruksi
V NP2 NP1 kemudian NP1 di-demotion menjadi NP2 dengan menggunakan
preposisi kepada (kalimat 100) dan untuk (kalimat 101). Sedangkan NP2 dalam cahaya bulan dan dalam cahaya remang-remang tidak dapat diadvancement menjadi NP1. Bentuk advancemen kalimat (100) (101) dapat
dilihat pada kalimat (104) dan (105) berikut.
104.
Mrs. Archer menanyakan dalam perjalanan pulang kepada
suaminya.
NP V NP PP
105.
Hilari mengemasi satu
koper untuk barang-barangnya
N
V NP PP
D.
Konsep Objek Ganda dalam Bahasa Indonesia
Konsep
mengenai objek dan objek ganda dalam Bahasa Indonesia masing-masing penulis
mempunyai batasannya sendiri-sendiri dan contohnya yang berbeda pula. Beberapa
penulis tersebut di antaranya Alwi, dkk (2003), dalam bukunya yang berjudul Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia,
Wagiati, (2010) dalam artikelnya yang berjudul Objek dalam Bahasa Indonesia.
Suhandano,
(2002) dalam artikel yang berjudul Kontruksi
Objek Ganda dalam Bahasa Indonesia dan masih banyak lagi konsep penulis
lainnya yang akan dibicarakan dalam tulisan ini. Konsep objek menurut Alwi,
dkk. (2003) adalah konstituen kalimat
yang kehadirannya dituntut oleh predikat
yang berupa verba transitif pada kalimat aktif. Letaknya selalu setelah
langsung predikatnya. Dengan demikian, objek dapat dikenali dengan
memperhatikan (1) jenis predikat yang dilengkapinya, (2) ciri khas objek itu
sendiri. Verba transitif biasanya
ditandai oleh kehadiran afiks tertentu yakni
sufiks –kan, dan –i serta prefiks meng-. Misalnya: 1) Morten mendudukan Icuk, 2) Adi mengunjungi Pak
Rustam. O memiliki empat ciri, yaitu (a) berwujud nomina, frasa
nominal, atau klausa; (b) berada langsung di belakang P, (c) dapat menjadi
fungsi S akibat pemasifan klausa, dan (d) dapat diganti pronomina terikat -nya
(Alwi dkk., 1993:370; Sudaryanto, 1983:80).
Hal senada diungkapkan Wagiati,
(2010:1), bahwa Objek merupakan
konstituen klausa/kalimat yang berada di belakang verba transitif. Objek dapat
dijadikan subjek jika klausa/kalimatnya diubah menjadi bentuk pasif.
Berdasarkan ciri tersebut, bentuk verba yang menjadi predikatnya selalu memakai
afiks me(N)-, baik disertai sufiks –kan atau –i maupun
tidak.
Konsep objek menurut Alwi, dkk.(2003) dan Waigiati (2010:1) pada dasarnya
sama bahwa objek adalah kontituen
klausa/kalimat yang berada langsung maupun tidak langsung di belakang verba
transitif. Objek tersebut dapat dijadikan subjek jika dilakukan alternasi
struktur dengan pola pemasifan.
Berbeda dengan
Suhandano (2002), bahwa bahasa Indonesia mengenal objek ganda. Menurut
Suhandano, dua Frase Nomina yang berada
di belakang verba transitif (berkonstruksi : V FN FN ) disebut objek
ganda.
Objek termasuk ke dalam valensi verba
transitif (bdk. Cook, 1979:202). Oleh karena itu, Objek merupakan fungsi inti (nuclear functions)
dalam klausa aktif . O itu dituntut hadir dalam klausa aktif yang berupa verba
transitif (lih.Alwi dkk., 1993:368). O adalah konstituen yang melengkapi verba
transitif dalam klausa (lih. Kridalaksana, 2008:166). O biasanya dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu O langsung (OL) dan O tak langsung (OTL) (lih.
misalnya dalam Kaswanti Purwo dan Anton, 1985:1-36; Kridalaksana dkk., 1985:152-153;
Aarts, 1997:15-20). OL adalah nomina atau frasa nominal yang melengkapi verba transitif
yang dikenai oleh perbuatan dalam P
verbal atau yang ditimbulkan sebagai hasil perbuatan yang terdapat dalam P
verbal (Kridalaksana, 2002:52). OTL itu mengacu kepada entitas yang menderita
aktivitas atau proses yang dinyatakan oleh verba pengisi fungsi P (lih. Aarts,
1997:15).
OTL
adalah nomina atau frasa nominal yang menyertai verba transitif dan menjadi penerima
atau diuntungkan oleh perbuatan yang terdapat dalam P verbal (Kridalaksana
dkk., 1985:153). Untuk menyebut OL dan OTL, Ramlan (1987:93, 95) menggunakan
istilah O1 dan O2. Ciri fungsi O1 adalah (a) selalu terletak di belakang P yang
terdiri atas kata verbal transitif dan (b) menduduki fungsi S dalam klausa
pasif. Sementara itu, O2 mempunyai persamaan dengan O1, yaitu selalu terletak
di belakang P, tetapi kalau klausanya diubah menjadi klausa pasif, O2 selalu
terletak di belakang P sebagai pelengkap (Pl).
Samsuri (1985:173) menggunakan istilah O dan
bekas O (object chomeur) untuk menyebut OL dan OTL. Alasan Samsuri
adalah kedua frasa nominal pertama dapat ditopikalisasikan sedangkan dua yang lain tidak dapat ditopikalisasikan.
Dalam tulisan ini, penulis menggunakan
konsep Alwi, dkk. (2003) bahwa verba dari segi perilaku sintaksis, berkaitan
erat dengan makna dan sifat ketransitifan verba. Ketransitifan verba ditentukan
oleh dua faktor yakni (1) adanya nomina
yang berada di belakang verba yang berfungsi sebagai objek dalam kalimat aktif.
(2) kemungkinan objek itu berfungsi sebagai subjek dalam kalimat pasif. Alwi, dkk. (2003:162) juga menambahkan verba merupakan unsur yang sangat
penting dalam kalimat karena dalam kebanyakan hal verba berpengaruh besar
terhadap unsur-unsur lain yang harus atau boleh ada dalam kalimat tersebut.
Pada dasarnya verba terdiri atas verba transitif dan verba intransitif. Verba
transitif adalah verba yang memerlukan nomina sebagai objek dalam kalimat
aktif, dan objek itu dapat berfungsi sebagai subjek dalam kalimat pasif. Verba transitif dibagi tiga bagian, yakni (1) verba
ekatransitif, yakni verba yang diikuti oleh satu objek. (2) verba dwitransitif yakni verba
yang dalam kalimat aktif dapat diikuti oleh dua nomina, satu sebagai objek, dan
satunya lagi sebagai pelengkap. (3) verba
semitransitif, yakni verba yang objeknya boleh ada boleh juga tidak.
Sedangkan verba intransitif, adalah
verba yang tidak memiliki nomina dibelakangnya yang dapat berfungsi sebagai
subjek dalam kalimat pasif. Atas dasar itu, penulis menyatakan bahwa dalam
bahasa Indonesia tidak mengenal objek ganda. Walaupun dua NP di belakang Verba
tetapi NP hasil revaluasi berfungsi sebagai pelengkap. Hal ini dapat dilihat pada contoh kalimat yang
dihimpun penulis dari sebuah Novel yang berjudul Kaleidoscope oleh Danielle
Stell tahun 2000. Data tersebut menunjukkan
bahwa Struktur Dasar (basic structure) kalimat dalam bahasa
Indonesia adalah V PP, dan V NP PP,
bukan V NP NP. Contoh kalimat
berstruktur V PP adalah sebagai berikut :
1)
Struktur Dasar : S P Ket
a.
Verba intransitif
Contoh :
1) Arthur berdiri di tepi jalan (hal. 39)
S
P Ket.
2) Dia sudah belajar banyak dari
wawancara pertama (Hal 193)
S P Ket
3) Kita bertemu dengan
Chapman (Hal 51)
S P Ket
4) Ia bertanya pada Sam
(Hal 46)
S P O
5)
Aku
tidak berniat untuk bersamamu (Hal 201)
S P O
Kalimat (1) sampai dengan (5), Ket.W dapat di-advancement menjadi nomina yang
menduduki fungsi Pelengkap (Pl), Kalimat berikut tidak dapat dibuat alternasi
struktur berupa pemasifan. Seperti pada contoh berikut ini :
6) Arthur berdiri tepi jalan
S P Pl
7) Dia sudah belajar banyak wawancara pertama
S P Pl
8) Kita bertemu Chapman
S P
Pl
9) Ia bertanya Sam
S P Pl
10) Aku tidak berniat bersamamu
S P Pl
b. Verba semitransitif
Contoh kalimat :
1) Dia menatap
ke langit (hal.179) (lih. Contoh 7)
S P
Ket.T
Kalimat (1) merupakan kalimat semitransitif. Ket.T ke langit dapat dilakukan advancement
menjadi nomina yang menduduki fungsi
pelengkap (Pl) bukan Objek. Seperti pada kalimat berikut :
a) Dia menatap
langit
S P Pl
Ket.T ke
langit setelah di-advancement berfungsi
sebagai Pelengkap (Pl) karena langit
sebagai tempat suatu objek berada, sedangkan objek yang ditatap bukan langit
melainkan benda langit atau yang lainnya. Kalimat 1a, tidak dapat dipasifkan
karena tidak berobjek, kecuali kalimat 1b. Kehadiran objek dalam kalimat
tersebut mana suka. Jika ditambah objek, maka kalimat tersebut seperti pada
kalimat berikut ini :
b)
Dia
menatap bintang ke langit
Kalimat 1b, di atas dapat dipasifkan sebagai alternasi struktur misalnya
:
c)
*Bintang
ditatap (oleh dia) ke langit (baku: Bintang dia tatap ke langit)
2) Hilari melangkah dengan tenang (hal.170)
S P Ket
Kalimat (2) merupakan kalimat semitransitif. Ket.T :dengan tenang dapat di-avancement
menjadi nomina yang menduduki fungsi Pelengkap (Pl) bukan Objek. Seperti pada contoh berikut :
a. Hillari melangkah tenang
S P Pl
Kalimat 2a tidak dapat dilakukan alternasi struktur
karena kalimat tersebut tidak berobjek.
2.
Struktur dasar : S P O Ket : Verba Ekatransitif
Contoh kalimat :
a) Dia memimpikan hal itu di malam hari (hal.42) (lih. contoh
42)
S P O Ket
b) Hillari sering
merenungkan hal itu di larut malam (hal. 173) (lih. contoh
43)
S P O Ket
c) Hillary
mengempaskan barang tersebut di meja Bill (268)
S P O Ket.
d) Solangi menemani sam
ke pelajaran akting (67)
S P O Ket
e) Solange melempar koran itu ke
tempat cuci piring (87)
S P O Ket
f) Sam memalingkan wajahnya ke
arah Artur (Hal 102)
S P
O Ket
g) Ia melemparkan topi bajanya ke
udara (Hal 61)
S P O Ket
h) Ia
menjatuhkan dirinya ke
sebuah kursi (Hal 108)
S
P O
Ket
i)
Jhon mengeluarkan berkas-berkas dari dalam tasnya (390)
S P O Ket
j)
Dia mau melempar Jhon
dari ruang kerjanya
(428)
S P O Ket
k) Hilari menyerahkan tiga sen kepada
Eillen (Hal 135)
S P O Ket
l)
Eillen melemparkan kembali uang itu kepada
Hillari (Hal 135)
S P O Ket
m) Dia mengemukakan masalah itu kepada
Majorie sekali lagi (Hal 144)
S P O Ket
n) Hilari tidak pernah menyebutkan hal itu kepada
artur (Hal 157)
S P O
Ket
o) Dia menyerahkan daftar kepada
Eillen (Hal 221)
S P O Ket
p)
Ia
menawarkan rokok itu kepada
teman barunya (Hal 16)
S P O Ket
q) Ia menyodorkan kaleng yang menyedihkan itu dengan
gemulai (Hal 23)
S P O Ket.
r) Hilari mendengarkan keterangan
itu dengan gemetaran (Hal 137)
S P O Ket
s) Dia sendiri memakai gaun merah dengan
celemek kecil (Hal 140)
S P O Ket
t) Sam
membawa makanan untuk
Solangi (Hal 67)
S
P O Ket.
u) Dia akan melakukan segalanya untuk
mereka (Hal 139)
S
P O Ket
v) Ibunya membelikan gaun itu untuk Hillari
(Hal 140)
S P O Ket
w) Artur harus mencarikan pembela yang baik untuk Chapman (Hal 89)
S P O Ket
3.
Tes Revaluasi
Objek Ganda Bahasa Indonesia
Berikut ini
merupakan data kalimat yang harus diuji revaluasi, apakah bahasa Indonesia
hanya memiliki satu objek di belakang verba, atau memiliki dua objek (objek
ganda) di belakang verba. Kemudiaan apakah kedua objek tersebut dapat dilakukan
alternasi struktur berupa pemasifan. Hal ini dapat dilihat pada bentuk
revaluasi kalimat berikut ini.
a.
Bentuk revaluasi kalimat 2a :
1) Dia memimpikan hal itu di malam hari
O Ket.W
2) Dia memimpikan hal itu malam hari
O Pl
3) Dia memimpikan malam hari hal
itu
Pl O
4) * Malam hari dimimpikan hal itu oleh dia
O
Malam hari dia mimpikan hal itu (baku)
5) Hal itu dimimpikan oleh dia malam hari
O Pl
Hal itu dia
mimpikan malam hari (bentuk bakunya).
Kalimat (4) hasil revaluasi tersebut tidak berterima
dalam Bahasa Indonesia, karena tidak
dapat dilakukan alternasi struktur berupa pemasifan. Jadi, malam hari, bukan sebagai objek melainkan berfungsi sebagai
pelengkap. Kalimat 2a, tidak memiliki objek ganda.
b. Bentuk
revaluasi kalimat 2b :
1) Hillari sering
merenungkan hal itu di larut malam
O Ket.W
2) Hillari sering merenungkan hal itu larut malam
O Pl
3) Hillari sering merenungkan larut malam hal itu
Pl O
4) * Larut malam sering direnungkan hal itu oleh Hillari
O Pl
5) Hal itu sering direnungkan Hilari
di larut malam
O Ket.W
Kalimat (4) hasil revaluasi tersebut tidak berterima
dalam Bahasa Indonesia, karena tidak
dapat dilakukan alternasi struktur berupa pemasifan. Jadi, larut malam, bukan sebagai objek melainkan berfungsi sebagai
pelengkap. Kalimat 2b, tidak memiliki objek ganda.
c.
Bentuk revaluasi kalimat 2c :
1) Hillary
mengempaskan barang tersebut di meja Bill (268)
O Ket.W
2) Hillari mengempaskan meja Bill
barang tersebut
Pl O
3) Meja Bill diempaskan barang tersebut oleh Hillari
O Pl
4) Barang tersebut diempaskan meja Bill oleh Hillari
O Pl
d. Bentuk
revaluasi kalimat 2d :
1) Solangi menemani Sam
ke pelajaran akting (67)
S P O Ket.T
2) Solangi menemani Sam pelajaran akting
O Pl
3) Solangi
menemani pelajaran akting Sam
Pl O
4) *
Pelajaran akting ditemani Sam oleh
Solangi
O Pl
5)
Sam
ditemani Solangi pelajaran
akting
O Pl
e.
Bentuk revaluasi kalimat 2e :
1) Solange melempar koran itu ke
tempat cuci piring (87)
O Ket.T
2) *
Solange melemparkan tempat cuci piring
koran itu
Pl O
3) * Tempat cuci piring dilemparkan koran itu oleh Solange
O Pl
4) Koran itu dilemparkan oleh Solange
ke tempat cuci piring
O Ket.W
f.
Bentuk revaluasi kalimat 2 f :
1)
Sam memalingkan
wajahnya ke arah Artur (Hal 102)
S P O Ket.T
2) Sam memalingkan wajahnya arah Arthur
O Pl
3) Sam memalingkan arah Arthur wajahnya
Pl O
4) Arah Arthur dipalingkan wajahnya oleh
Sam
O Pl
5) Wajahnya dipalingkan oleh Sam arah Arthur
O Pl
g.
Bentuk revaluasi kalimat 2 g,
1) Jhon mengeluarkan berkas-berkas dari dalam tasnya (390)
O Ket
2) Jhon mengeluarkan berkas-berkas
dalam tasnya
O Pl
3) Berkas-berkas dikeluarkan Jhon
dalam tasnya
O
Pl
h.
Bentuk
revaluasi kalimat 2 h
1) Hilari menyerahkan
tiga sen kepada Eillen (Hal 135)
O Ben
2) Hillari menyerahkan Eillen tiga sen
OL OTL
3) Eillen
diserahkan tiga sen oleh Hillari
O Pl
4) Tiga
sen diserahkan Hillari kepada
Eillen
O Ben
i.
Bentuk revaluasi kalimat 2 i :
1) Hilari mendengarkan
keterangan itu dengan
gemetaran
O Ket
2) Hillari mendengarkan keterangan itu gemetaran
O Pl
3) Keterangan itu didengarkan oleh Hillari dengan gemetaran
H Ket
j.
Bentuk revaluasi kalimat 2 j :
1) Ibunya membelikan gaun itu untuk Hillari
(Hal 140)
O Ben
2) Ibunya membelikan Hilari gaun itu.
O OTL
3) Hillari dibelikan gaun itu oleh
ibunya.
O
Pl
4) Gaun itu dibelikan ibunya untuk
Hillari
O Ben
Dari hasil
revaluasi kalimat 2a sampai dengan 2g, dan 2i, yang dideskripsikan di atas
tidak memiliki objek ganda, kecuali
kalimat 2h dan 2j khususnya PP yang menggunakan preposisi kepada dan untuk. Jika
mengacu pada pendapat Alwi dkk. (1993:369-370), konstituen malam hari, larut malam, meja Bill, pelajaran akting, tempat cuci piring, arah Athur, dalam tasnya, dan gemetaran
pada kalimat 2a sampai
dengan 2g, dan 2i baik dalam klausa aktif maupun pasif, disebut Pl
karena dalam kedua jenis klausa itu selalu berada langsung di belakang fungsi P
jika tidak ada fungsi O dan di belakang fungsi O kalau fungsi O itu hadir. Data kalimat Bahasa Indonesia yang dihimpun
penulis dari sebuah novel, dapat disimpulkan bahwa Bahasa Indonesia tidak mengenal
struktur dasar (basic structure)
objek ganda, kecuali struktur derivasi (derivied
structure). Seperti pada kalimat 2h dan 2j yang PP-nya menggunakan preposisi
kepada dan untuk. Objek ganda tersebut sangat terbatas
pada PP yang menggunakan kepada dan untuk. Menurut Suhandano (2002)
Frase Nomina dua sen (2h)
dan gaun itu (2j) pada kalimat yang berada di belakang verba transitif disebut OTL
Sedangkan
Samsuri (1985:173) Frase Nomina Ellen dan Hillari merupakan O, dan Frase Nomina dua sen (2h)
dan gaun itu (2j) merupakan bekas O (object chomeur).
Alasan Samsuri bahwa frasa nominal Ellen
dan Hillari dapat ditopikalisasikan
sedangkan dua sen dan gaun
itu tidak dapat ditopikalisasikan.
BIBLIOGRAFI
Alwi, Hasan, dkk. (2003). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi
Ketiga. Jakarta: Pusat Bahasa.
Blake, Barry J. 1990. Relational Grammar. London dan New York
: Routledge.
Butt, Miriam. 2006. Theories of
Case.Cambridge Textbooks in Linguistics. Cambridge: Cambridge University Press
Kesuma, Tri Mastoyo Jati. (2010). Verba
Transitif Berobjek Dapat Lesap Dalam Bahasa Indonesia :Linguistik
Indonesia Copyright 2010 by Masyarakat Linguistik Indonesia Tahun ke-28, No. 1,
Februari 2010, 69-75.
Wagiati.
(2010). Objek Dalam Bahasa Indonesia.
Stell, Danielle. 2000. Kaleidoscope.
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Suhandano.(2002). Konstruksi Objek Ganda Dalam Bahasa Indonesia. 70
Humaniora Volume XIV, No. 1.